2015-10-09

Pergeseran Bahasa

FOTO:SATUBAHASA.COM
Saat dilahirkan ke dunia ini, manusia mulai belajar bahasa. Sedikit demi sedikit, bahasa yang dipelajari olehnya sejak kecil semakin dikuasainya sehingga jadilah bahasa yang ia pelajari sejak kecil itu sebagai bahasa pertamanya. Dengan bahasa yang dikuasai olehnya itulah, ia berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya.

Beranjak remaja, ia sudah menguasai lebih dua atau lebih bahasa. Semua itu ia peroleh ketika berinteraksi dengan masyarakat atau
ketika di bangku sekolah. Hal ini menyebabkan ia menjadi dwibahasawan atau multibahasawan. Ketika menjadi dwibahasawan atau multibahasawan,  ia dihadapkan pada pertanyaan, yaitu manakah di antara bahasa yang ia kuasai merupakan bahasa yang paling penting? Di saat-saat seperti inilah terjadinya proses pergeseran bahasa, yaitu menempatkan sebuah bahasa menjadi lebih penting di antara bahasa-bahasa yang ia kuasai.

Contoh yang dapat dikemukakan berdasarkan ilustrasi di atas adalah sebagai berikut. Seorang anak bahasa pertamanya adalah bahasa A. Lalu, ketika sekolah dia menguasai bahasa B. Lambat laun ia menyadari bahwa bahasa B lebih penting atau membawa manfaat yang sangat besar baginya. Hal ini membuat dia lebih memilih bahasa B daripada bahasa A dalam berinteraksi. Dengan demikian, posisi bahasa A sebagai bahasa yang utama bagi si anak menjadi bergeser sebagai bahasa yang ‘termarginalkan’ atau dinomorduakan. Kasus seperti ini disebut dengan kasus pergeseran bahasa.

Akan tetapi, faktor kedwibahasaan bukanlah satu-satunya faktor penyebab terjadinya pergeseran bahasa. Terdapat beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab yang sangat rentan terhadap peristiwa pergeseran bahasa. Pertama, faktor perpindahan penduduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chaer (2004:142), pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain.

Pergeseran bahasa juga dapat terjadi karena masyarakat yang didatangi jumlahnya sangat kecil dan terpecah-pecah. Dengan kata lain, pergeseran bahasa bukan disebabkan oleh masyarakat yang menempati sebuah wilayah, melainkan oleh pendatang yang mendatangi sebuah wilayah. Kasus seperti ini pernah terjadi di beberapa wilayah kecil di Inggris ketika industri mereka berkembang. Beberapa bahasa kecil yang merupakan bahasa penduduk setempat tergeser oleh bahasa Inggris yang dibawa oleh para buruh industri ke tempat kecil itu.

Kedua, pergeseran bahasa juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Salah satu faktor ekonomi itu adalah industrialisasi. Kemajuan ekonomi kadang-kadang mengangkat posisi sebuah bahasa menjadi bahasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Sumarsono dan Partana, 2002:237). Kasus ini dapat dicermati pada bahasa Inggris. Jauh sebelum bahasa Inggris muncul, bahasa yang pertama sekali dipakai di tingkat internasional adalah bahasa Latin. Bahasa ini menjadi bahasa yang dipilih oleh masyarakat, terutama masyarakat pelajar. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, bahasa Latin kemudian ditinggalkan orang. Konon katanya bahasa ini ditinggalkan karena terlalu rumitnya struktur bahasa Latin ini. lambat laun karena kerumitan ini orang beralih kepada bahasa Prancis. Bahasa ini memiliki kedudukan layaknya bahasa Latin dulu. Akan tetapi, sebagaimana bahasa Latin, bahasa ini kemudian ditinggalkan orang. Karena semakin maju perekonomian di Inggris yang ditandai oleh adanya revolusi industri orang kemudian beralih ke bahasa Inggris. Bahasa ini akhirnya menjadi bahasa internasional, mengalahkan bahasa Latin dan bahasa Prancis.

Sekarang orang berbondong-bondong belajar bahasa Inggris. Bahkan demi bahasa Inggris, orang rela meninggalkan bahasa pertamanya. Kedudukan bahasa Inggris ini semakin diperkuat oleh adanya perusahaan-perusahaan baik swasta maupun negeri yang menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pelamar kerja. Bukan hanya itu. Di tingkat perguruan tinggi saja lulus TOEFL merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti sidang sarjana. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya tentu saja karena Eropa merupakan penguasa ekonomi di dunia ini.

Ketiga, pergeseran bahasa menurut Sumarsono dan Partana (2002:237) juga disebabkan oleh sekolah. Sekolah sering juga dituding sebagai faktor penyebab bergesernya bahasa ibu murid karena sekolah biasanya mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak. Hal ini pula yang kadangkala menjadi penyebab bergesernya posisi bahasa daerah. Para orang tua enggan mengajari anaknya bahasa daerah karena mereka berpikir bahwa anaknya akan susah memahami mata pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya anak tidak mampu berbahasa daerah atau paling tidak anak hanya dapat memahami bahasa daerah tanpa mampu berinteraksi.[]

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!