Dalam melaksanakan suatu pembelajaran, guru bahasa Indonesia khususnya dan guru-guru bidang studi yang lain pada umumnya harus memperhatikan santun dalam berbahasa. Berbicara tentang kesantunan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa. Hal yang pertama adalah gender. Dapat dikatakan secara umum bahwa gender berkaitan dengan jenis kelamin. Artinya, ada maskulin dan ada pula feminin. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau menemukan ada orang yang memojokkan suatu gender. Fakta yang kita lihat sekarang adalah bahwa wanita merupakan salah satu objek yang sering dipojokkan. Hal ini dapat kita ketahui melalui ceramah-ceramah para dai. Jika diperhatikan dengan secara saksama, para dai itu selalu menyalahkan wanita. Kaitannya dengan pembelajaran bahasa adalah bahwa dalam memberikan suatu contoh, usahakan contoh tersebut tidak berisi hal yang memojokkan wanita karena hal tersebut dapat berpengaruh pada peserta didik.
Hal kedua yang juga harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa adalah kelas sosial. Jika ditinjau dari segi pemakaian bahasa dalam masyarakat, ada bahasa yang pemakaiannya tergantung pada kelas sosial masyarakat, misalnya bahasa Jawa yang terdiri atas bahasa Ngoko(dipakai oleh masyarakat rendah) dan Kromo dipakai oleh masyarakat bangsawan). Selain itu, ada juga bahasa yang dalam pemakaiannya tidak memperhatikan kelas sosial. Bahasa Aceh, misalnya, tidak mengenal konsep kelas sosial seperti bahasa Jawa. Pemakaian bahasa berdasarkan kelas sosial dalam masyarakat Aceh ini masih terlihat pada gelar. Dalam masyarakat Aceh, jika dilihat berdasarkan kelas sosial, ada sebagian masyarakat yang namanya memiliki gelar, seperti teuku, said, cut, aja. Dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah jika ada di antara siswa yang namanya memiliki gelar seperti yang disebutkan di atas, guru wajib sebaiknya menyapa mereka dengan menyebutkan nama gelar itu, misalnya Teuku! Coba kerjakan soal nomor 11. Dengan kata lain, kita harus apresiatif terhadap hal-hal kecil seperti itu.
Hal ketiga yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah dimensi budaya. Satu hal yang harus diyakini bahwa peserta didik adalah individu yang berlatar belakang dimensi budaya yang berbeda-beda. Budaya yang dimaksudkan di sini mencakup hasil ciptaan manusia termasuk juga letak geografis. Dalam sebuah ruangan kelas, peserta didik mungkin berasal dari daerah yang letaknya di tepian pantai atau mungkin juga berasal dari daerah pegunungan, daerah kota, dll. Oleh karena itu, dalam suatu pembelajaran usahakan kita memberikan contoh-contoh kepada peserta didik dengan contoh yang dekat dengan lingkungan mereka. Artinya, jika peserta didik adalah orang Aceh, ajarilah mereka dengan budaya Aceh, misalnya kita akan mengajarkan cerita rakyat kepada siswa yang bertemakan anak durhaka. Kita tidak perlu memilih cerita rakyat Minangkabau karena peserta didik kita adalah orang Aceh. Pilihlah cerita rakyat Aceh yang juga bertema anak durhaka. Hal ini juga sangat baik untuk pengenalan budaya aceh kepada mereka. Dengan demikian secara tak langsung kita juga telah mengajarkan materi budaya kepada mereka.
Hal keempat yang juga harus diperhatikan adalah agama. Dalam suatu pembelajaran, kita juga harus mengusahakan pembelajaran yang bernuansa agama. Artinya, bahasa yang kita pakai usahakan bahasa yang bernuansa agama. Misalnya, seorang anak yang tidak mengerjakan PR diperingati menggunakan bahasa agama.
Bahan kuliah dari Dr. Mohd. Harun, M.Pd. (Dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Syiahkuala)
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!