Di hari Jumat, menjelang khatib menaiki mimbar, panitia masjid terlebih
dahulu mengumumkan keadaan keuangan masjid. Pengumuman lantas dilanjutkan
dengan tata laksana salat Jumat. Biasanya pengumuman ditutup dengan kalimat
berikut, “Untuk menjaga kesempurnaan salat Jumat kita, kami minta yang membawa
HP harap dimatikan.”
HP harap dimatikan.”
Yang menarik bagi saya adalah pada bagian kalimat, Yang membawa HP harap dimatikan. Pada bagian ini tampak logika
berpikir yang kacau dan salah kaprah.
Apa sebenarnya yang dimatikan? Yang membawa HP atau HP-nya yang
dimatikan. Bila dilihat dari segi maksudnya, panitia menginginkan HP jamaah
Jumat dimatikan. Namun, maksud ini tidak tersampaikan bila kalimatnya
seperti yang utarakan panitia.
Jika dikatakan yang membawa HP
harap dimatikan, itu berarti yang dimatikan adalah yang membawa HP, bukan HP-nya.
Ini muncul dari pertanyaan, apa yang harap dimatikan? Jawabannya tentu saja yang membawa HP. Seharusnya, bila yang
dimaksud adalah HP yang harus dimatikan, redaksi kalimat yang benar adalah yang membawa HP harap mematikan HP-nya. Bila
redaksi kalimat seperti ini, jelas bahwa yang harus dimatikan adalah HP, bukan yang membawa HP.
Tak jauh berbeda dengan kasus itu, di beberapa tempat parkiran juga
acapkali ditulis pemberitahuan seperti ini, “Yang membawa motor harap dikunci.”
Bila demikian kalimatnya, makna kalimat itu adalah yang dikunci merupakan yang
membawa motor, bukan motor si pembawa. Ini muncul dari pertanyaan, apa yang
harap dikunci? Jawabannya tentu saja yang
membawa motor. Untuk menghindari kalimat seperti itu, seharusnya kalimat
yang benar adalah Yang membawa motor
harap mengunci motornya.
Bersediakah Anda dimatikan menjelang khatib menaiki mimbar?[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!