Menulis boleh dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks. Kegiatan ini
menuntut kemampuan memikirkan gagasan-gagasan, lalu menuangkannya ke dalam
tulisan. Bukan sekadar menuangkan saja, penulis harus menata gagasan-gagasan
itu secara padu, apik, dan sistematis. Perlunya dilakukan penataan karena
gagasan-gagasan yang keluar dari dalam pikiran si penulis sifatnya “liar’
sehingga tugasnyalah untuk “menjinakkan”.
Setelah proses penataan,
pekerjaan menulis belum dapat dikatakan selesai. Si penulis harus meluangkan
waktu untuk membaca ulang tulisannya, lalu memperbaiki jika terdapat kesalahan
atau kekeliruan, baik dari segi bahasa maupun dari segi substansi. Bila perlu,
penulis membaca tulisannya berkali-kali agar benar-benar dihasilkan tulisan
yang bermutu dan minus kesalahan.
Dalam menulis, tradisi ini dikenal dengan istilah mengedit.
Sayangnya, tradisi yang
sebenarnya wajib dilakukan ini terabaikan oleh sebagian penulis. Bisa jadi ia
telah membaca kembali, tetapi tanpa disertai konsentrasi penuh sehingga dalam
tulisannya pun masih banyak “noda” yang merusak keindahan tulisannya itu.
Akibatnya, muncul beragam keluhan dari pembaca, seperti salah memahami atau
terganggunya pemahaman terhadap bacaan. Imbasnya, pembaca “buru-buru”
meninggalkan tulisan itu karena banyaknya kesalahan bahasa, baik secara teknis
maupun substansi.
Sejatinya, sebagai
penulis profesional (jika Anda ingin dikatakan demikian), kegiatan mengedit tulisan harus menjadi prioritas
utama agar diperoleh produk intelektual yang berdaya baca tinggi.
Mengapa kegiatan mengedit
diperlukan?
Ketika menulis, otak
berpikir keras. Saat sedang berpikir itulah, kita hanya terfokus pada ide-ide
yang dituliskan dan sangat sedikit mengontrol kebenaran penulisan ide-ide itu.
Akibatnya, “noda-noda” bahasa dalam tulisan bermunculan. Sebut saja misalnya
kesalahan pengetikan, kesalahan tata bahasa yang berimbas pada kesalahan orang
lain memahami yang kita sampaikan. Itulah sebabnya, penulis perlu menyediakan
waktu khusus untuk memperbaiki tulisannya. Perbaikan terhadap tulisan sebaiknya
juga tidak dilakukan saat proses menulis karena dapat menghambat proses “pemunculan”
ide.
Apa yang perlu
diperhatikan dalam mengedit tulisan?
Sebenarnya, ada banyak
hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit tulisan. Namun, dalam tulisan ini
saya memfokuskannya pada satu hal, yaitu mengedit kata-kata yang salah ketik.
Kegiatan yang satu ini sering disepelekan oleh sebagian penulis, padahal hal
ini tidak boleh terjadi.
Periksalah kata-kata yang
salah ketik dalam tulisan Anda. Gunakan bantuan spelling and grammar bahasa Indonesia untuk mempermudah kerja Anda.
Jangan sepelekan kesalahan pengetikan karena hal ini terkadang mampu “menyulap”
tulisan Anda menjadi tulisan yang berkesalahan fatal.
Sebut saja contohnya kata
kontrol. Apa jadinya bila pada kata
itu Anda lupa menulis huruf r sehingga
jadilah kontol. Maka, dapat
dibayangkan bila kata itu ada dalam kalimat seperti ini, Ayah yang baik harus selalu mengontol
anak perempuannya. Maksud hati hendak menulis mengontrol, tetapi tertulis mengontol
sehingga bermakna negatiflah kalimat itu. Mengapa demikian? Karena secara
makna, kontol dan kontrol memiliki perbedaan makna yang
signifikan.
Begitu pula kesalahan
pemahaman juga dapat muncul dalam kalimat seperti ini, Tips menghadapi suami yang suka mengontol, padahal maksud penulis
sebenarnya adalah Tips menghadapi suami
yang suka mengontrol.
Selebihnya, kesalahan
pengetikan dapat menyebabkan terganggunya konsentrasi pembaca, misalnya dalam
kalimat ini, Panitia MTQ ke-32 se-Provinsi Ach
resmi mengumumkan nama-nama pemenang di berbagai cabag lomba malam tad,
Rabu, 26 Agustus 2015. Bila kata yang salah ketik hanya terdiri dari
satu atau dua kata, hal itu dapat dimaklumi. Namun, pembaca tak dapat
menoleransi kesalahan pengetikan yang terjadi hampir pada setiap kata.
Berkaitan dengan
kesalahan pengetikan ini, Anda mungkin pernah melihatnya di salah satu televisi
swasta nasional seperti yang dibahas http://tigablaseptember.blogspot.com/ dalam tulisannya yang
berjudul Kesalahan Konyol TV One.
Dalam tulisannya itu, ia menulis sejumlah kesalahan pengetikan yang dilakukan
oleh televisi tersebut yang sebagiannya sebenarnya tergolong dalam kesalahan
yang fatal.
Kesalahan-kesalahan itu
di antara, radiasi nuklir ditulis radiasia
nuklir, SBY perintahkan
penjemputan Nazaruddin ditulis SBY
perintahkan penjembutan Nazaruddin,
Presiden Bicara ditulis Pesinden Bicara, Kasus Penembakan ditulis Kaskus Penembakan, Catatan Akhir Tahun ditulis
Catatatan
Akhir Tahun, Ketinggian Tsunami 10 cm, Empat Pesawat Tewas di Dalam Pesawat, Palembang Sumatera Utara.
Anda tentu urut dada
membaca kesalahan pengetikan itu bukan? Itulah kesalahan kecil, tetapi
berakibat fatal.
Maka, jangan sepelekan
kesalahan pengetikan jika Anda tak ingin ditertawakan orang atau tulisan Anda
diabaikan pembaca hanya karena masalah teknis seperti itu.[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!