Terpencil, kata
yang cukup familiar. Mengetahui makna kata tersebut pun juga tak sulit.
Mendengar katanya saja, yang terbayang dalam benak kita, terpencil adalah tersendiri, terasing, jauh dari yang lain. Jadi,
desa terpencil misalnya, berarti desa yang terasing, jauh dari yang lain, tak
ada lampu penerang selain teplok. Perlu berpeluh-peluh untuk
mencapai desa itu.
Pokoknya susah dijangkau.
Kalau bahasa Indonesia punya kata terpencil, bahasa Aceh juga punya padanannya. Namun, padanan dalam
bahasa Aceh jauh lebih kompleks daripada terpencil-nya
bahasa Indonesia
Tak seperti bahasa Indonesia, versi terpencil dalam bahasa
Aceh bertingkat-tingkat atau disebut bergradasi dalam istilah kebahasaan. Setidaknya,
ada tiga gradasi terpencil bagi orang Aceh, yaitu klèk, klèk-klok, dan lungkik (dalam
dialek tertentu disebut ungkik).
Klèk, klèk-klok,
dan lungkik dalam penggunaannya
sering diikuti kata lam sebagai
penanda keterangan tempat sehingga menjadi lam
klèk, lam klèk-klok, dan lam lungkik.
Untuk menyebut terpencil, umumnya orang Aceh hanya
menggunakan kata lam klèk. Jadi, gampông lam klèk adalah gampông terasing, jauh dari yang lain.
Sulit menjangkau gampông lam klèk ini.
Penggunaan kata ini dalam kalimat, misalnya “Kamoe hana meuphôm masalah komputer. Maklumlah, tinggai lam klèk.”
Tak cukup menyebut lam
klèk, jika gampông itu ‘sangat
terpencil’, umumnya orang Aceh menyebutnya
lam klèk-klôk. Tingkatan lam
klèk-klok lebih tinggi daripada lam
klèk. Jadi, gampông lam klèk-klok
jauh lebih sulit dijangkau tinimbang gampông
lam klèk.
Bukan hanya itu, untuk mendeskripsikan betapa klèk-klok-nya gampông, kata tersebut diikuti oleh kata keudéh sehingga menjadi keudéh
lam klèk-klok. Dalam kalimat, kata itu digunakan seperti berikut ini: “Jiôh that tinggai ayahwa kah. Keudèh lam
klèk-klok hana tatuho saho.”
Setelah lam klèk
dan lam klèk-klok (terpencil dan
sangat terpencil), ada pula kata lam lungkik. Ini tingkatan teratas untuk terpencil atau ‘amat sangat terpencil sekali’. Jadi, menjangkau gampông lam lungkik ‘amat sangat sulit
sekali’ tinimbang gampông lam klèk, apalagi
lam klèk-klok. Apabila Anda mendengar
orang bertutur, “Kamoe tinggai lam
lungkik jéh,” itu artinya kamoe tinggai
di gampông yang amat sangat sulit
sekali dijangkau.
Selain lam lungkik,
ada pula kata lam lungkèk (ungkèk). Namun, itu hanya perbedaan variasi bunyi. Tak ada perbedaan arti
yang mencolok antara kedua kata itu.
Kecuali lungkik, kata
klèk dan klèk-klok dapat pula digunakan untuk jalan atau lorong yang
berliku-liku. Untuk ini acapkali klèk dan klèk-klok dilekatkan imbuhan meu-
sehingga menjadi meuklèk, meuklèk-klok.
Khusus untuk meuklèk,
kata ini sering disebut dalam bentuk pengulangan sehingga menjadi meuklèk-klèk. Penggunaan kata tersebut
dalam kalimat, misalnya “Jih jiôh that tinggai
lam lorong nyan, meuklèk-klok that jalan.” Dalam kalimat lain, “Cukôp payah tajak u rumoh kah. Jalan that
meuklèk-klèk.”[]
sumber foto:m.log.viva.co.id
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!