Berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, seharusnya
mengutamakan kehematan. Tujuannya agar komunikasi lebih efektif. Bila itu dilakukan,
tentu saja tidak ada kata yang sia-sia dan terkesan bertele-tele. Begitu pula
dari segi pendengar atau penerima pesan, semua yang dia dengar atau baca
merupakan kata yang benar-benar diperlukan. Faktanya
tak demikian. Sebagian
kita banyak memboroskan kata ketika berkomunikasi. Akibatnya, banyak waktu
terbuang, begitu pula biaya.
Pemborosan dalam berbahasa sebenarnya juga banyak ragamnya.
Namun, dalam tulisan kali ini, saya menspesifikkan pembahasan pada dua hal,
yaitu penggunaan kata yang maknanya sama dan kata yang sebenarnya tidak
diperlukan. Kata yang bermakna sama maksudnya penggunaan dua kata atau lebih
yang memiliki kesamaan arti atau masih memiliki relasi arti yang sama meski
bentuknya yang berbeda. Adapun kata yang sebenarnya tidak diperlukan maksudnya
adalah kata itu tidak mengganggu kegramatikalan kalimat, tetapi tidak
dibutuhkan karena tanpanya kalimat itu masih berterima.
Anda barangkali pernah menggunakan atau mendengar orang memakai
kata adalah yang disertai dengan merupakan dalam kalimat, misalnya “Tujuan diutusnya Nabi Muhammad ke dunia
adalah merupakan untuk memperbaiki akhlak manusia.” Karena sama-sama dapat
dipakai untuk mendefinisikan sesuatu, pemakaian adalah dan merupakan
secara berdampingan dapat digolongkan sebagai pemborosan. Seharusnya salah satu
kata itu yang harus dipakai, bukan kedua-duanya. Jadi, pada kalimat di atas, kata
yang digunakan hanya adalah atau merupakan.
Begitu pula ekskombatan,
misalnya. Eks pada kombatan berarti ‘mantan’. Dengan
demikian, karena telah bermakna ‘mantan’, tidak tepat alias pemborosan jika
kata mantan digunakan lagi
mendampingi kata eks, yaitu mantan ekskombatan.
Dalam kasus yang lain, misalnya, pada pemakaian kata bermakna
‘jamak’, misalnya banyak dan para. Pemborosan semakin diperparah
dengan pengombinasian kedua kata itu dengan kata ulang yang juga bermakna ‘jamak’.
Sebagai contoh, “Banyak para pegawai-pegawai
tidak masuk kerja hari ini karena meliburkan diri.” Pada kalimat itu, selain banyak dan para, pegawai-pegawai juga bermakna ‘jamak’ (lebih sari satu).
Seharusnya, di antara ketiga kata itu, cukup salah satu saja yang dipilih,
boleh banyak, para, atau pegawai-pegawai sehingga menjadi banyak pegawai, para pegawai, atau pegawai-pegawai.
Kata ulang yang bermakna ‘saling’ juga sering disertakan
penggunaannya dengan kata ‘saling’, misalnya pada saling pukul-memukul. Bentuk seperti ini sebenarnya masih dapat
dihemat lagi dengan menggunakan kata saling
atau kata ulangnya saja, pukul-memukul
sehingga menjadi saling memukul atau pukul-memukul tanpa menggunakan kata saling. Ini dilakukan karena pukul-memukul memang bermakna ‘saling’
sehingga tak perlu dieksplisitkan kembali kata saling.
Adalah dan merupakan, selain digunakan secara
berdampingan, juga sering dipakai dalam kalimat yang sebenarnya tidak membutuhkan
kata itu. Bila adalah tidak pakai,
keutuhan kalimat masih tetap terjaga. Kata adalah
dalam kalimat “Dia adalah orang tua
saya”, misalnya, tidak perlu digunakan atau dihilangkan saja karena tanpanya
kalimat itu masih tetap benar secara kaidah. Begitu pula dengan kalimat, “Komputer
merupakan alat tercanggih di zaman
sekarang.” Ini dapat diperhemat dengan menghilangkan kata merupakan.
Kesalahan yang mirip dengan itu dapat pula dilihat dalam kalimat
seperti ini, “Guru harus mampu membuat jadi pintar peserta didiknya.” Kalimat
ini sebenarnya masih dapat diperhemat lagi dengan menghilangkan kata membuat jadi, lalu melekatkan imbuhan me- pada kata pintar dan menempatkan akhiran –kan
setelahnya. Setelah pengubahan
seperti yang saya jelaskan itu, kalimat menjadi “Guru harus mampu memintarkan
peserta didiknya”.
Ada banyak jenis pemborosan kata lain yang dapat ditemukan
dalam berbagai tulisan. Sejatinya, pemborosan itu tidak perlu terjadi agar komunikasi
benar-benar efektif. Cermatlah dalam menulis agar kita dapat menghemat kata.
Ingat, jangan boros dalam berbahasa![]
ilustrasi:http://littlenewslittle.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!