2015-10-03

Watèe

Pembahasan kali ini masih persoalan waktu. Selain kata singöh, singöh meungöh, singöh beungöh-beungöh, beungöh singöh yang merupakan penanda waktu, dalam bahasa Aceh
juga ada kata awôt, baroe, baroe sa, baroe sa raya, jameun preumeun, jameun kra’in.

Awôt berarti ketinggalan zaman. Lingkup pema­kaian kata ini umumnya hanya terbatas  pada hal-hal yang berkaitan dengan fashion, seperti cara berpakaian dan model-model pakaian. Oleh karena itu, dalam bahasa Aceh, orang yang berpakaian atau memakai model-model pakaian yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman disebut awôt.

Terkadang pema­kaian kata awôt disertai oleh göt that. Cenderung kata ini digunakan untuk orang yang memang benar-benar ketinggalan zaman atau cara berpakaiannya benar-benar kuno. Contoh pema­kaian dalam kali­mat misalnya, Awôt that lagoe sipatu kah atau Göt that awôt sipatu kah.

Selain awôt, ada juga kata baroe. Kata ini berpadanan makna dengan kemarin dalam bahasa Indonesia. Seperti halnya kata kemarin, baroe juga menyatakan satu hari sebelum hari ini.

Untuk menyatakan dua hari sebelum hari ini, dalam bahasa Aceh ada kata baroe sa. Kata ini meru­pakan gabungan dari kata baroe  dan sa yang meru­pakan kata bilangan. Mengenai kata baroe dan sa, ada relasi yang cukup erat di antara keduanya. Relasi ini dapat dilihat jika kita menggunakan sedikit logika matematika.

Baroe meru­pakan satu hari sebelum hari ini, sedangkan sa meru­pakan angka yang berarti satu dan diletakkan sebelum kata baroe. Penempatan sa sebelum kata baroe, menandakan bahwa ada satu hari lagi sebelum baroe. Jadi, baroe + satu hari lagi sebelum baroe hasilnya adalah dua hari sebelum hari ini. Inilah sebabnya digunakan kata baroe sa. Meskipun ada kata baroe diikuti sa yang meru­pakan kata bilangan, dalam bahasa Aceh tentu saja tidak ada kata baroe dua, baroe lhèe, dst. Jika yang dimaksud adalah 3 hari sesudah baroe sa, kata yang digunakan adalah lhèe uroe nyang ka u liket, dan seterusnya.

Selain baroe sa dalam beberapa dialek bahasa Aceh, ada kata baroe sa raya. Kata ini digunakan untuk menyatakan waktu hari-hari kemarin yang tidak jelas. Dalam hal ini, penutur bahasa Aceh baru menggunakannya jika tidak ingat lagi kapan persisnya suatu peristiwa terjadi.

Berikutnya cermati pula kata-kata jameun preumeun, jameun kra’in. Dalam bahasa Indonesia, ketiga kata ini berkaitan dengan zaman yang tidak jelas kapan mulainya. Hal ini ditandai oleh penggunaan kata  preumeun dan kra’in.


Kedua kata tersebut menyatakan waktu terjadinya peristiwa yang tidak jelas. Apabila dipadankan dengan bahasa Indonesia, jameun preumeun, jameun kra’in sama maknanya dengan zaman dahulu, zaman bahela. Kata dalam bahasa Aceh itu acapkali digunakan dalam legenda-legenda yang diceritakan oleh orang tua kepada anaknya. Pencerita sama sekali tidak tahu kapan persisnya terjadi peristiwa yang ia ceritakan. []

Sumber foto: sp.beritasatu.com

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!