Banyak orang mengatakan, belajar bahasa asing ketika dewasa
sangat susah dan tidak mungkin mencapai tingkat kefasihan seperti penutur asli.
Para ahli juga menyebutkan bahwa anak-anak lebih cepat belajar bahasa daripada
orang dewasa. Alasannya macam-macam. Katanya, orang dewasa banyak hal yang ia
pikirkan sehingga susah berpampanan ketika belajar bahasa asing.
Hal itu berbeda dengan anak-anak yang tidak punya beban
apa-apa ketika belajar (bahasa asing). Alasan lainnya, bahasa pertama yang
telah dikuasai oleh orang dewasa telah menurani dalam dirinya. Akibatnya,
bahasa pertamanya itu mempengaruhi bahasa asing yang ia pelajari. Maksudnya,
banyak kosakata atau struktur bahasa pertamanya itu digunakan dalam bahasa
asing yang ia pelajari. Padahal, struktur bahasa asing dan bahasa pertamanya
jelas-jelas berbeda.
Yang juga menjadi kendala lain adalah perihal waktu. Orang
dewasa lebih sedikit waktu yang ia miliki daripada anak-anak.
Pendapat itu ada benarnya juga. Namun, itu tidak sepatutnya
menjadi halangan bagi seseorang yang ingin belajar bahasa asing.
Seorang CEO Spotlight
David Bailey, sebagaimana dikutip oleh media time.com, membuktikan bahwa umur bukanlah kendala dalam belajar
bahasa asing. Ia yang berlatar bahasa Inggris, mampu berbahasa Prancis dengan
fasih hanya dalam waktu 17 hari. Ini diutarakan olehnya dalam Quora.
Kata CEO yang juga menguasai bahasa Spanyol itu, ia belajar
bahasa Prancis dengan menggunakan beberapa teknik berikut.
Menulis dengan Tangan
CEO ini yakin bahwa menulis dengan tangan merupakan cara
jitu untuk menghafal kosakata bahasa itu. Yang ia tulis adalah kata kerja beraturan
(regular verb) dan tak beraturan (irreguler verb) dalam bahasa Prancis.
Dengan waktu 1,5 hingga 2 jam setiap hari, ia berhasil menuliskan semua kata
kerja bahasa Prancis itu dalam dua minggu.
Mendengarkan
MP3 tentang Belajar Bahasa
David
juga mendengarkan tutorial bahasa Prancis untuk penutur bahasa Inggris oleh Michel
Thomas. Tutorial berbentuk CD ini membantu ia mengetahui kesalahan berbahasa
Prancis yang dilakukan oleh siswa. Selain itu, melalui tutorial itu, ia belajar
materi-materi dasar bahasa Prancis serta mengikuti kursus bahasa Prancis
sebanyak dua kali. Hal itu ia lakukan selama dua minggu.
Mendengarkan
Musik Berbahasa Prancis
Teknik berikutnya yang dilakukan oleh
David adalah mendengarkan musik. Ia yakin bahwa musik adalah cara yang bagus
untuk belajar intonasi bahasa dan melatih otot-otot wajah ketika musik itu dinyanyikan.
Membaca
Buku Cerita Anak-Anak
Membaca buku anak-anak berbahasa
Prancis juga merupakan teknik lain yang ditempuh David untuk belajar bahasa
peringkat kedua terbanyak dipakai di dunia itu. Alasannya, pertama, bahasa yang digunakan sederhana dan kedua, mengetahui isi cerita dapat membantu pembelajar menebak arti
kata-kata baru dan menghindari menggunakan kamus.
Menulis
Esai tentang Diri Sendiri dalam Bahasa Prancis
David menghabiskan waktu setidaknya
satu jam untuk menulis esai sederhana tentang dirinya sendiri. Ia meminta
temannya yang memang pintar bahasa Prancis dan penutur asli bahasa Prancis untuk
memeriksa tata bahasanya. Cara ini cukup jitu mengasah kemampuan seorang
pembelajar menggunakan kosakata bahasa Prancis.
Berkomunikasi
Langsung dengan Penutur Asli
David sadar bahwa kefasihan berbahasa
Prancis dapat ia tingkatkan dengan mempraktikkan langsung. Atas dasar itu, ia kemudian
berkomunikasi langsung dengan penutur asli menggunakan bahasa Prancis.
Mempelajari
Filler Word
Tips lain yang baik adalah
mempelajari filler word, yaitu (kata
pengganti jeda yang letaknya di tengah-tengah saat pembicara tampil di depan
forum, seperti engg, eemm, uum). Kata
ini memungkinkan pembelajar untuk berpikir sejenak kosakata yang akan ia
gunakan selanjutnya. Penguasaan filler
word ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang ketika
berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa Prancis.
Hasilnya David mengatakan, “After 17 days I left the small town and went to Paris. I met a girl in
a coffee shop and we started talking. After a few minutes, she asked how long I
had lived in France. When I told her I had been learning French for 17 days,
she swore that I had lived in France for at least a year (Setelah 17 hari
saya meninggalkan kota kecil itu dan pergi ke Paris. Di sana saya bertemu
dengan seorang gadis di sebuah kedai kopi dan kami mulai berbicara. Setelah
beberapa menit, dia bertanya berapa lama saya tinggal di Prancis. Ketika saya
katakan bahwa saya belajar bahasa Prancis selama 17 hari, ia bersumpah bahwa
saya telah tinggal di Prancis selama setidaknya satu tahun).
Nah, meski CEO Spotlight
itu belajar bahasa Prancis dengan teknik-teknik yang dikemukakannya itu, tak
ada salahnya diterapkan ketika belajar bahasa asing lainnya. Saya yakin
hasilnya juga sama asalkan kita optimis.
Teknik-teknik yang dikemukakan oleh David Bailey itu
mengingatkan saya pada teori Bialystok. Ini adalah teori tentang belajar bahasa
kedua. Katanya, untuk belajar suatu bahasa seseorang harus memiliki pengetahuan
(knowledge) dalam bentuk implicit linguistic knowledge, explicit
linguistic knowlege, dan othe
knowledge.
Implicit linguistic
knowledge adalah pengetahuan kebahasaan yang diperoleh melalui pengalaman
berkomunikasi menggunakan bahasa yang sedang ia pelajari, mendengarkan TV dan
membaca novel). Pengetahuan ini diperoleh secara nonformal.
Explicit linguistic
knowlege merupakan pengetahuan kebahasaan yang diperoleh secara formal di
kelas, membaca buku-buku tentang tata bahasa yang sedang ia pelajari, termasuk
seluk-beluk bahasanya.
Terakhir, other
knowledge adalah pengetahuan lain, selain kebahasaan, seperti belajar ilmu bumi dan fisiki nuklir.
Tiga hal itu berperan penting dan saling mendukung untuk
menguasai bahasa asing dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa itu. Tanpa
salah satunya, hal yang mustahal bagi seseorang untuk menguasai dengan fasih
suatu bahasa. Fasih yang saya maksud di sini bukan hanya sebatas mampu
berbicara, tetapi juga menguasai sepenuhnya tata bahasa yang sedang dipelajari
itu.
Memang ada orang yang mampu berkomunikasi dengan bahasa
asing hanya dengan membiasakan diri berkomunikasi dengan penutur asli (implisit knoeledge). Ia mengesampingkan explicit linguistic knowlege dan other knowledge. Hasilnya tentu saja tak
sebaik orang yang menguasai bahasa dengan mengandalkan explicit linguistic knowlege, implicit
linguistic knowledge dan other
knowledge.[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!