2016-01-30

Hanya 17 Hari Mampu Berbahasa Asing, Caranya?

Banyak orang mengatakan, belajar bahasa asing ketika dewasa sangat susah dan tidak mungkin mencapai tingkat kefasihan seperti penutur asli. Para ahli juga menyebutkan bahwa anak-anak lebih cepat belajar bahasa daripada orang dewasa. Alasannya macam-macam. Katanya, orang dewasa banyak hal yang ia pikirkan sehingga susah berpampanan ketika belajar bahasa asing.
Hal itu berbeda dengan anak-anak yang tidak punya beban apa-apa ketika belajar (bahasa asing). Alasan lainnya, bahasa pertama yang telah dikuasai oleh orang dewasa telah menurani dalam dirinya. Akibatnya, bahasa pertamanya itu mempengaruhi bahasa asing yang ia pelajari. Maksudnya, banyak kosakata atau struktur bahasa pertamanya itu digunakan dalam bahasa asing yang ia pelajari. Padahal, struktur bahasa asing dan bahasa pertamanya jelas-jelas berbeda.
Yang juga menjadi kendala lain adalah perihal waktu. Orang dewasa lebih sedikit waktu yang ia miliki daripada anak-anak.
Pendapat itu ada benarnya juga. Namun, itu tidak sepatutnya menjadi halangan bagi seseorang yang ingin belajar bahasa asing.
Seorang CEO Spotlight David Bailey, sebagaimana dikutip oleh media time.com, membuktikan bahwa umur bukanlah kendala dalam belajar bahasa asing. Ia yang berlatar bahasa Inggris, mampu berbahasa Prancis dengan fasih hanya dalam waktu 17 hari. Ini diutarakan olehnya dalam Quora.
Kata CEO yang juga menguasai bahasa Spanyol itu, ia belajar bahasa Prancis dengan menggunakan beberapa teknik berikut.
Menulis dengan Tangan
CEO ini yakin bahwa menulis dengan tangan merupakan cara jitu untuk menghafal kosakata bahasa itu. Yang ia tulis adalah kata kerja beraturan (regular verb) dan tak beraturan (irreguler verb) dalam bahasa Prancis. Dengan waktu 1,5 hingga 2 jam setiap hari, ia berhasil menuliskan semua kata kerja bahasa Prancis itu dalam dua minggu.
Mendengarkan MP3 tentang Belajar Bahasa
David juga mendengarkan tutorial bahasa Prancis untuk penutur bahasa Inggris oleh Michel Thomas. Tutorial berbentuk CD ini membantu ia mengetahui kesalahan berbahasa Prancis yang dilakukan oleh siswa. Selain itu, melalui tutorial itu, ia belajar materi-materi dasar bahasa Prancis serta mengikuti kursus bahasa Prancis sebanyak dua kali. Hal itu ia lakukan selama dua minggu.
Mendengarkan Musik Berbahasa Prancis
Teknik berikutnya yang dilakukan oleh David adalah mendengarkan musik. Ia yakin bahwa musik adalah cara yang bagus untuk belajar intonasi bahasa dan melatih otot-otot wajah ketika musik itu dinyanyikan.
Membaca Buku Cerita Anak-Anak
Membaca buku anak-anak berbahasa Prancis juga merupakan teknik lain yang ditempuh David untuk belajar bahasa peringkat kedua terbanyak dipakai di dunia itu. Alasannya, pertama, bahasa yang digunakan sederhana dan kedua, mengetahui isi cerita dapat membantu pembelajar menebak arti kata-kata baru dan menghindari menggunakan kamus.
Menulis Esai tentang Diri Sendiri dalam Bahasa Prancis
David menghabiskan waktu setidaknya satu jam untuk menulis esai sederhana tentang dirinya sendiri. Ia meminta temannya yang memang pintar bahasa Prancis dan penutur asli bahasa Prancis untuk memeriksa tata bahasanya. Cara ini cukup jitu mengasah kemampuan seorang pembelajar menggunakan kosakata bahasa Prancis.
Berkomunikasi Langsung dengan Penutur Asli
David sadar bahwa kefasihan berbahasa Prancis dapat ia tingkatkan dengan mempraktikkan langsung. Atas dasar itu, ia kemudian berkomunikasi langsung dengan penutur asli menggunakan bahasa Prancis.
Mempelajari Filler Word
Tips lain yang baik adalah mempelajari filler word, yaitu (kata pengganti jeda yang letaknya di tengah-tengah saat pembicara tampil di depan forum, seperti engg, eemm, uum). Kata ini memungkinkan pembelajar untuk berpikir sejenak kosakata yang akan ia gunakan selanjutnya. Penguasaan filler word ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa Prancis.
Hasilnya David mengatakan, “After 17 days I left the small town and went to Paris. I met a girl in a coffee shop and we started talking. After a few minutes, she asked how long I had lived in France. When I told her I had been learning French for 17 days, she swore that I had lived in France for at least a year (Setelah 17 hari saya meninggalkan kota kecil itu dan pergi ke Paris. Di sana saya bertemu dengan seorang gadis di sebuah kedai kopi dan kami mulai berbicara. Setelah beberapa menit, dia bertanya berapa lama saya tinggal di Prancis. Ketika saya katakan bahwa saya belajar bahasa Prancis selama 17 hari, ia bersumpah bahwa saya telah tinggal di Prancis selama setidaknya satu tahun).
Nah, meski CEO Spotlight itu belajar bahasa Prancis dengan teknik-teknik yang dikemukakannya itu, tak ada salahnya diterapkan ketika belajar bahasa asing lainnya. Saya yakin hasilnya juga sama asalkan kita optimis.
Teknik-teknik yang dikemukakan oleh David Bailey itu mengingatkan saya pada teori Bialystok. Ini adalah teori tentang belajar bahasa kedua. Katanya, untuk belajar suatu bahasa seseorang harus memiliki pengetahuan (knowledge) dalam bentuk implicit linguistic knowledge, explicit linguistic knowlege, dan othe knowledge.
Implicit linguistic knowledge adalah pengetahuan kebahasaan yang diperoleh melalui pengalaman berkomunikasi menggunakan bahasa yang sedang ia pelajari, mendengarkan TV dan membaca novel). Pengetahuan ini diperoleh secara nonformal.
Explicit linguistic knowlege merupakan pengetahuan kebahasaan yang diperoleh secara formal di kelas, membaca buku-buku tentang tata bahasa yang sedang ia pelajari, termasuk seluk-beluk bahasanya.
Terakhir, other knowledge adalah pengetahuan lain, selain kebahasaan, seperti belajar ilmu bumi dan fisiki nuklir.
Tiga hal itu berperan penting dan saling mendukung untuk menguasai bahasa asing dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa itu. Tanpa salah satunya, hal yang mustahal bagi seseorang untuk menguasai dengan fasih suatu bahasa. Fasih yang saya maksud di sini bukan hanya sebatas mampu berbicara, tetapi juga menguasai sepenuhnya tata bahasa yang sedang dipelajari itu.
Memang ada orang yang mampu berkomunikasi dengan bahasa asing hanya dengan membiasakan diri berkomunikasi dengan penutur asli (implisit knoeledge). Ia mengesampingkan explicit linguistic knowlege dan other knowledge. Hasilnya tentu saja tak sebaik orang yang menguasai bahasa dengan mengandalkan explicit linguistic knowlege, implicit linguistic knowledge dan other knowledge.[]

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!