2016-05-04

Benarkah Penyebutan Obat Nyamuk?

Obat nyamuk lumrah digunakan dalam bahasa kita. Selain bentuk tersebut, yang juga tak kalah jumlah pemakaiannya adalah obat tikus, obat tuma, dan obat kecoa. Saking seringnya dipakai, bentuk itu seolah menjadi kosakata bahasa Indonesia yang benar.

Secara kebahasaan, sebenarnya obat nyamuk, obat tikus, obat tuma, dan obat kecoa tidak bernalar. Dikatakan demikian karena kata obat itu sendiri bermakna ‘bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit (periksa Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sehubungan dengan itu, jika bentuk kebahasaan di atas dicermati dari dimensi logika bahasanya, kita tentu saja tersenyum. Bagaimana mungkin nyamuk dapat diobati dengan ‘obat nyamuk’ dan cacing dapat diobati dengan ‘obat cacing’ karena makna mengobati adalah ‘menyembuhkan dengan obat’ atau ‘memberi obat’.


Jadi, jika dikatakan ‘mengobati nyamuk’, mestinya bentuk itu dapat diparafrase menjadi ‘memberi obat kepada nyamuk’. Logikanya ‘nyamuk’ itu sakit sehingga perlu diberi obat agar sembuh. Kasus yang sama juga berlaku pada bentuk ‘mengobati cacing’ yang bentuk parafrasenya adalah ‘memberi obat kepada cacing yang sakit supaya menjadi sehat’. Lalu, apa perlunya tikusnya diobati jika kita tetap bersikukuh menggunakan bentuk ‘obat tikus’. Demikian pula bentuk ‘obat kecoa’. Bentuk itu tidak benar karena kecoa pasti tidak perlu diobati meskipun sakit. Jadi, ‘obat nyamuk’, ‘obat tikus’ ‘obat cacing’, ‘obat kecoa’ semuanya merupakan bentuk yang salah karena keliru logika kebahasaannya (Rahardi, 2009:154).


Atas dasar itu, bentuk yang seharusnya digunakan adalah ‘obat pembasmi nyamuk’, ‘obat pembunuh tikus’, ‘obat pembasmi kecoa’,  dan ‘obat pembasmi cacing’. Alternatif bentuk lain adalah ‘obat antinyamuk’, ‘obat antitikus’, ‘obat antikecoa’, dan ‘obat anticacing’.[]

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!