2016-05-25

Hai Babi, Lagi Ngapain?

Pernahkah Anda mengalami kesalahan pengetikan ketika ber-chatting riya, mengirim sesuatu di sosial media, atau bahkan mengerjakan tugas kuliah dan pekerjaan di komputer? Kesalahan seperti itu dikenal dengan istilah typo.

Typo boleh dikatakan sebagai 'penyakit' yang mendarah daging sehingga jarang sekali kita bisa lepas darinya.

Seringkali setelah kita mem-posting kata-kata indah di Facebook, yang proses merangkainya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memakan waktu yang lama, komentar pertama yang masuk adalah dari seseorang yang mengoreksi kesalahan pengetikan kita. Mengapa hal tersebut terjadi? Apakah kita terlalu ceroboh dan kurang teliti?


Penyebab Typo

Typo terjadi tentu bukan karena kita yang ceroboh ataupun tidak teliti, tetapi akibat kita yang sangat fokus terhadap apa yang kita lakukan.

Hal ini diterangkan oleh Tom Stafford, seorang psikolog yang mempelajari tentang 'typo' di University of Sheffield di Inggris.

"Ketika Anda menulis, Anda mencoba untuk menyampaikan sebuah makna. Hal tersebut tentu adalah pekerjaan tingkat tinggi," ungkapnya.

Dengan pekerjaan 'tingkat tinggi' tersebut, otak kita secara otomatis memecah pekerjaan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga kita bisa fokus pada apa yang paling penting. Hal ini bisa diibaratkan layaknya menulis.

Menulis adalah hal yang sangat kompleks, mengingat kita harus merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi sebuah ide yang mengandung makna. Namun dari hal itu saja, kita akan lebih fokus kepada bagaimana menyampaikan 'pesan' dari tulisan tersebut agar sampai kepada pembacanya. Kita akan cenderung menghiraukan bagaimana sebuah huruf terangkai menjadi kata.

"Kita tidak akan menangkap detil yang terlalu kecil, kita bukan komputer," ungkap Stafford. "Sebaliknya, kita menerima informasi sensorik dan menggabungkannya dengan apa yang kita inginkan, yakni menyampaikan makna pada tulisan tersebut," imbuhnya.

Karena maknalah yang paling penting bagi kita dalam menyusun sebuah tulisan, maka akan sangat mudah bagi kita untuk luput melihat detil yang kecil, seperti typo.

Hal ini juga menjelaskan mengapa para pembaca selalu cepat dalam menemukan kesalahan kita dalam mengeja. Karena konsep menulis dan membaca juga sangat familiar di setiap orang sehingga mereka lebih memperhatikan ketika mereka membaca tulisan seseorang untuk pertama kali.

Otak kita memang hebat, tetapi dalam pekerjaan 'tingkat-tinggi' otak kita tak dapat dipekerjakan dengan keras. Hal ini juga terjadi ketika kita membangun sebuah peta rute perjalanan sehari-hari.

Otak kita akan otomatis menyimpan rute yang sering kita lewati, mengetahui ciri jalanannya, gedung yang dilewati, bahkan baunya seperti apa. Oleh karena itu, misal kita setiap hari ke kampus, lalu kita ingin pergi ke tempat lain yang arahnya kebetulan sama dengan rute menuju kampus, otak kita tak sengaja menuntun kita untuk salah berbelok menuju kampus. Kita seringkali luput dari hal-hal detail karena otak manusia bekerja dengan insting.

Meskipun typo adalah kesalahan yang terjadi berulang-ulang, adaptasi manusia akan kesalahan kecil ini cukup cepat. Faktanya, tombol 'backspace' adalah tombol yang paling sering digunakan, yaitu ketiga, setelah tombol spasi dan tombol huruf 'E.' Bahkan, seorang 'touch typist,' atau seseorang yang mampu mengetik tanpa melihat keyboard, mereka bahkan menyadari jika mereka salah mengetik, tanpa melihat jarinya ataupun keyboard.

Typo, meskipun lumrah terjadi, tak boleh dianggap sepele. Efek yang dihasilkkan oleh typo terkadang berimbas besar kepada kelancaran komunikasi. Karena typo, penerima pesan bisa saja salah paham. Bayangkan ketika seorang anak gadis ditanya oleh ibunya melalui chat WhatsApp, “Kamu sedang apa, Nak?” lalu si gadis menjawab, “Lagi nenenin kawan, Ma!” Kacau bukan? Si ibu pasti akan sangat marah. Padahal maksud si gadis tadi adalah “Lagi nemenin kawan,” tetapi terketik nenenin.

Begitu pula bagi Anda yang telah menikah. Kepada istri, Anda mungkin punya panggilan khusus, seperti sayang, mama, atau mami. Ada pula yang memanggil istrinya, baby ‘sayang’, misalnya, “Hai baby, lagi ngapain?” Jika itu ada pada Anda, sebaiknya baca sekali lagi ketika mengirim pesan, baik melalui chat atau SMS. Bisa jadi, akibat penyakit typo yang telah akut, Anda mengetikkan ‘babi’, bukan ‘baby’ sehingga jadilah “Hai babi, lagi ngapain?

Maka, hindarilah typo dengan cara membaca ulang tulisan sebelum di-posting atau sebelum membalas chat teman.[]

Sumber:merdeka.com

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!