1. Pengertian Kamus
ecara etimologi, kata kamus berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu qamus (bentuk jamaknya qawamus). Bahasa Arab menyerap kata kamus dari kata dalam bahasa Yunani kuno, okeanos yang berarti lautan. Tentu menjadi pertanyaan, bagaimana kata kamus yang berurusan dengan kosakata berasal dari bahasa Yunani kuno okeanos yang berarti lautan? Kalau kita mencoba untuk memahami sejarah kata itu, jelaslah bahwa kata kamus memiliki makna dasar wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa yang tidak terhingga dalam dan luasnya, seluas dan sedalam lautan (Chaer, 2007:179).
Masih menurut Chaer (2007:179), padanan kata kamus dalam bahasa Inggris adalah dictionary, mulai digunakan pada karya tulis pada tahun 1526 dan berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu dictionarum. Kata ini diturunkan dari kata dictio yang berarti kata atau berkata. Padanannya dalam bahasa Belanda adalah woordenboek yang dibedakan dari woordenschat yang dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan perbendaharaan atau kosakata.
Selain pengertian kamus yang telah disebutkan di atas, Chaer (2007:179) juga menyebutkan pengertian kamus yang dikemukakan oleh beberapa para ahli.
- Kridalaksana menyebutkan bahwa kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut abjad.
- Dalam American Every Dictionary disebutkan bahwa kamus adalah sebuah buku berisi kata-kata dari sebuah bahasa, biasanya disusun secara alfabetis, disertai keterangan akan artinya ucapannya, ejaannya, dsb.
- Labrousse (1977) menyebutkan bahwa kamus adalah buku berisi kumpulan kata-kata sebuah bahasa yang disususn secara alfabetis diikuti dengan definisi atau terjemahannya dalam bahasa lain.
- Keraf (1984) mendefinisikan kamus sebagai sebuah buku referensi, memuat daftar kata-kata yang terdapat dalam sebuah bahasa, disusun secara alfabetis, disertai keterangan cara menggunkan kata itu.
Berdasarkan pengertian kamus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- kamus termasuk buku referensi yang berisi kata-kata atau gabungan kata dari suatu bahasa;
- kata-kata tersebut disusun secara alfabetis;
- kata-kata tersebut diberi keterangan tentang makna dan penggunaannya;
- kata itu selain diberi keterangan maknanya, juga diberi keterangan tentang ucapannya, ejaannya, dan pelbagai hal lain;
- keterangan tentang makna itu diberikan juga dalam bahasa lain;
Pengertian kamus seperti yang disebutkan oleh para ahli di atas, menurut Chaer, 2007:180), belum mendeskripsikan konsep sebuah kamus yang ideal. Di dalam sebuah kamus yang ideal sepatutnya diberikan juga keterangan tentang pemenggalan kata, informasi tentang asal-usul kata, informasi tentang baku dan tidaknya sebuah kata, informasi tentang kata-kata arkhais dan juga klasik, informasi tentang area penggunaan kata, informasi tentang status sebuah kata, dan berbagai infromasi lainnya.
Sungguh tak dapat dibayangkan tebal sebuah kamus jika ia disusun seperti yang dikatakan oleh Chaer. Kita barangkali hanya dapat meletakkan kamus ini di rumah dan tidak dapat membawanya keluar karena mengingat besarnya kamus tersebut.
Cabang kajian linguistik yang berkaitan dengan penyusunan kamus adalah leksikologi dan leksikografi. Tataran linguistik yang berkaitan langsung dengan penyusunan kamus, terutama semantik, untuk merumuskan definisi makna kata, lalu morfologi untuk menentukan kelas kata, kata dasar serta kata jadian, dan sintaksis, dan analisis wacana untuk penggunaan kata dalam kontek. Pada dasarnya penyusunan kamus adalah salah kegiatan yang melelahkan karena penyusunan kamu harus mampu menampilkan informasi secara sngkat dan padat (Lauder dan Lauder, 2005:224). Biasanya sebuah kamus tersusun dengan leksem atau gabungan leksem sebagai judul yang diterangkan dengan pelbagai cara. Judul itu disebut lema. Ada lema yang berupa leksem atau kata tunggal, ada yang berupa gabungan leksem atau gabungan kata.
Dalam tahun-tahun terakhir ini dipermasalahkan lema apa saja yang harus dimasukkan ke dalam kamus dan berapa jumlahnya. Berkaitan dengan hal ini, Kridalaksana (2005:142) menyebutkan bahwa soal banyaknya lema tergantung besar kecilnya kamus dan bergantung pula pada aspek komersial kamus itu. dalam kamus besar yang menjadi khasana sauté bahasa, semua kata diusahakan secara tuntas dimuat termasuk dari zaman apa kata itu dipakai. Oleh karena itu, ada kata-kata yang arkhais dan dan kata-kata yang mutakhir atau baru. Inilah yang menjadi ciri kamus besar seperti Oxford Dictionary atau Dictionnare Larousse (edisi lengkap). Kamus umum sebagai istilah khas leksikografi merupakan kamus yang memuat kata-kata umum. Di dalam kamus ini, istilah khusus dalam pelbagai bidang (yang hanya muncul dalam bidang itu saja) tidak dimuat. W.J.S. Poerwadarminta hanya kata yang digunakan oleh tiga sumber yang dimuat dalam kamusnya. Para ahli kamus di Dewan Bahasa dan Pustaka Malayasia yang memanfaatkan wawasan linguistik korpus menetapkan hanya kata yang muncul lima kali dalam korpus bahasa Melayu di Dewan Bahasa yan akan dimuat dalam kamus umum di Malaysia. Penetapan ciri secara demikian menghindarkan masalah lengkap tidaknya sebuah kamus karena tidak ada satu pun kamus lengkap yang sempurna di dunia ini. mungkin ketika pertama kali sebuah diterbitkan, sebuah kamus sempurna, tetapi pada masa yang akan datang dapat dipastikan sebuah kamus tidak menjadi sempurna lagi karena telah muncul kosakata-kosakata baru atau sebuah kata lama tetapi mengalami pergeseran makna.
1.1 Fungsi Kamus
Kamus sebagai hasil akhir dari kerja leksikografi menghimpun semua kosakata yang ada dalam sebuah bahasa. Lalu, karena kosakata juga merupakan wadah penghimpun konsep budaya, kamus berfungsi menampung konsep-konsep budaya dari masyarakat atau bangsa penutur bahasa tersebut. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak kebudayaan besar ini dunia ini banggga akan kamus bahasanya.
Selain berfungsi sebagai wadah penghimpun konsep-konsep budaya dari masyarakat atau bangsa, kamus juga memiliki fungsi praktis, seperti sarana mengetahui makna, sarana mengetahui lafal dan ejaan sebuah kata, dan sarana untuk megetahui berbagai informasi mengenai kata lainnya (Chaer, 2007:184).
(1) Makna Kata
Secara umum tujuan orang membuka kamus adalah untuk mengetahui makna atau arti sebuah kata. Oleh karena itu, fungsi kamus yang pertama adalah menjelaskan makna atau arti sebuah kata. Namun, tidak semua kamus tidak semua kamus dapat memberikan informasi mengenai makna sebuah kata karena keterbatasan isi. Jadi, kata demografi tidak mungkin ditemukan dalam kamus pelajar untuk anak-anak Sekolah Dasar. Kita pun tidak akan menemukan kata autekologi dalam kamus umum, kata table dalam kamus ekabahasa bahasa Indonesia. Kata demografi dapat dapat ditemukan arti dalam kamus pelajar SMA atau dalam kamus besar, kata autekologi mungkin akan kita temukan artinya dalam kamus istilah pertanian, sedangkan kata table akan kita temukan artinya dalam kamus dwibahasa Inggris-Indonesia. Jadi, jika kita ingin mengetahui arti sebuah kata, haruslah dalam kamus yang tepat.
(2) Lafal Kata
Sebuah kamus yang ideal juga berfungsi menjelaskan lafal atau ucapan sebuah kata. Pada bahasa-bahasa yang sistem ejaannya tidak ideal (satu fonem dilambangkan dengan satu huruf atau sebaliknya) seperti bahasa Inggris, di dalam kamusnya setiap kata tentu disertai dengan ejaan fonetis untuk menunjukkan bagaimana lafal kata-kata itu. Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh pusat bahasa tahun 1994 petunjuk lafal atau ucapan hanya ada untuk kata-kata yang mengandung fonem /ə/ dan fonem /e/ karena tidak dibedakannya lambang (huruf) untuk kedua fonem tersebut. Keduanya sama-sama dilambangkan dengan huruf <e>.
Kamus-kamus bahasa daerah sepatutnya juga menjelaskan lafal kata-kata dari bahasa yang bersangkutan. Sayang, tidak semua kamus berbahasa daerah memuat hal ini. Kamus Aceh Indonesia yang ditulis oleh Aboe Bakar dkk. dan diterbitkan tahun 1985 sama sekali tidak memuat lafal dari kata-kata bahasa yang bersangkutan.
(3) Ejaan Kata
Sebuah kamus yang ideal juga berfungsi memebri petunjuk bagaimana ejaan yang benar dari setiap kata. Dewasa ini untuk bahasa Indonesia, ejaan yang berlaku adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Di dalam masyarakat karena berbagai faktor dan sebab, banyak kata ditulis dengan berbagai macam ejaan yang tidak sesuai dengan pedoman EYD ada kemungkinan kita tidak tahu ejaan mana yang benar dan ejaan mana yan tidak benar, misalnya:
- frustasi, frusrasi
- hutang, utang
- intropeksi, introspeksi
Untuk mengetahui mana ejaan yang benar dari kata-kata yang disebutkan di atas, kepada kamuslah kita bertanya. Jadi, kamus berfungsi memberikan informasi mengenai ejaan yang benar dan yang tidak benar. Dalam hal ini tentu tidak semua kamus memberikan informasi tentang ejaan benar. Hanya kamus-kamus tertentu yang memberikan informasi ini, umpamanya Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(4) Penyukuan Kata
Di dalam kegiatan tulis-menulis acapkali kita perlu memenggal kata karena pindah baris atau keperluan lain. Untuk mengetahui pemenggalan yang benar, kita dapat melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(5) Informasi-Informasi Lain
Kamus yang ideal juga berfungsi memberikan informasi mengenai kata, seperti asal-usul kata, kategori gramatikal, bidang pemakaian kata, dan pilihan penggunaan kata. Asal-usul kata ditandai dengan label-label dalam bentuk singkatan yang diletakkan di belakang kata, misalnya Jk berasal dari dialek Jakarta, Jw berasal dari dialek Jawa, Bl berasal dari bahasa Bali, Skt berasal dari bahasa Sanskerta, dan Ing berasal dari bahasa Inggris. Penandaan asal-usul kata mungkin tidak ada gunanya bagi orang awam, tetapi untuk kajian filologi sangat penting.
Kategori gramatikal kata atau kelas kata biasanya ditandai dengan label v untuk kategori verba, n untuk kategori nomina, a untuk kategori adjektiva, dan ad untuk kategori adverbia. Penandaan label kategori gramatikal kata ini penting bagi kajian gramatika.
Bidang penggunaan kata ditandai dengan label-label seperti Adm untuk kata bidang adminidtrasi, Tan untuk kata bidan pertanian, Ling untuk kata bidang linguistik, Psi untuk kata bidang psikologi, dan Par untuk kata bidang pariwisata. Penandaan bidang-bidang penggunaan sebab ada kata yang sama bila digunakan pada bidang yang berbeda memiliki makna yang berbeda pula. Umpamanya kata akomodasi. Bila digunakan dalam bidang optik bermakna ‘penyesuaian cahaya dan lensa’; tetapi bila digunakan dalam bidang pariwisata bermakna ‘fasilitas penginapan dan tempat makan’.
(6) Sumber Istilah
Buku pedoman pembentukan istilah menyatakan bila kita akan membuat istilah baru untuk satu konsep dalam satu bidang keilmuan atau kegiatan, haruslah dicari calon istilahnya di dalam kamus. Dengan demikian, sebuah kamus yang ideal juga berfungsi sebagai sumber pengambilan kata untuk menciptakan istilah. Memang, dalam hal pengambilan kata untuk sebuah istilah ada skla proiritasnya. Namun, kata yang diambil tentu bersumber dari kamus.
1.2 Jenis Kamus
Banyak jenis kamus yang kita temui sekarang sekarang. Kamus-kamus yang kita temui itu berbeda-beda jika tinjau dari berbagai sudut pandang. Chaer, (2007:196) mengelompokkan jenis kamus berdasarkan bahasa sasaran, ukuran tebal tipis kamus, sifat kamus, dan isi kamus.
(1) Berdasarkan Bahasa Sasaran
Berdasarkan bahasa sasaran, kamus terdiri atas:
a. kamus ekabahasa
Kamus ekabahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya sama dengan bahasa sasaran. Dengan kata lain, kata-kata yang dimuat dalam kamus dijelaskan maknanya dengan kata-kata dari bahasa sama. Contoh-contoh kamus jenis ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia Karya W.J.S. Poerwadarmita (1960).
Kamus ekabahasa ini karena hanya menjelaskan makna/arti kata dalam dengan menggunakan bahasa yang bersangkutan, tentu saja kamus ini dimaksudkan untuk pembaca atau penutur bahasa itu, tetapi sedang mempelajar bahasa itu atau juga untuk memperluas pengetahuan.
b. kamus dwibahasa
Kamus dwibahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya tidak sama dengan bahasa sasarannya. Artinya, kata-kata dari bahasa yang dikamuskan dijelaskan dengan kata-kata dari bahasa lain. contoh jenis kamus ini misalnya, Kamus Indonesia Inggris karya John M. Echols dan Hassan Shadily (1996), Kamus Aceh Indonesia Karya Aboe Bakar dkk. 1985.
Kamus jenis ini demi keperluan praktis banyak yang bersifat bolak-balik. Maksudnya, bagian pertama kata-kata bahasa A dijelaskan dijelaskan maknanya dalam bahasa B, lalu pada bagian kata kedua bahasa B dijelaskan maknanya dijelaskan maknanya dalam bahasa A.
c. kamus aneka bahasa
Kamus aneka bahasa adalah kamus yang kata-kata bahasa sumber dijelaskan dengan padanannya dalam tiga bahasa atau lebih. Biasanya kata-kata bahasa sumber itu hanya dijelaskan dengan padanan kata dari bahasa-bahasa sasaran. Jadi, kalau dalam bahasa sumbernya bahasa A, padanannya diberikan dalam bahasa B, C, D, dan sebagainya.
(2) Berdasarkan Ukurannya
1.3 Kamus Besar
Kamus besar adalah kamus yang memuat semua kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan, peribahasa, akronim, singkatan, dan semua bentuk gramatika bahasa tersebut, baik yang masih digunakan maupun yang sudah arkais. Setiap lema dijelaskan makna seluas-luasnya beserta dengan segala informasi yang ada berkenaan dengan lema tersebut.
Kamus besar ini keberadaannya sangat penting dan perlu karena merupakan dokumentasi kebahasaan yang paling lengkap. Kamus yang besar ini dapat pula dijadikan acuan untuk menyusun kamus-kamus lain yang sifatnya terbatas. Dalam bahasa Indonesia, kamus seperti ini sudah ada, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa. Edisi pertamanya terbit tahun 1988, edisi kedua yang disempurnakan terbit tahun 1991 dan edisi ketiga yang lebih disempurnkan lagi terbit tahun 2002. Selain itu, terdaat pula Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Prima Pena diterbitkan oleh Gita Media Press, tanpa tahun. Dala kategori ini terdapat pula kamus yang disusun oleh Peter Salim dan Jenny Salim berjudul Kamus Kontemporer Bahasa Indonesia (1991) karena lemanya cukup banyak, termasuk kosakata yang bersifat kontemporer meskipun penjelasan terhadap lemanya kurang. Namun, keistimewaan kamus ini adalah adanya ilustrasu-ilustrasi.
Karena kamus besar mencatat semua kosakata dari sauté bahasa, lengkap dengan ejaan, makna, lafal, etimologi, dan kelaziman penggunaannya, kamus ini disebut descriptive dictionary (kamus deskriptif atau kamus pemeri) (Chaer, 2007:199). Kamus English Dictionary, misalnya, memuat kata-kata Inggris yang yang digunakan antara tahun 1100 M sampai dengan tahun penerbitannya. Kamus ini terdiri atas dua belas jilid, ditambah dengan tiga buah suplemen.
1.4 Kamus Terbatas
Kalau dalam kamus besar, semua kata yang ada dalam sauté bahasa didaftarkan sebagai lema, dalam kamus terbatas ini, jumlah kata yang dimasukkan sebagai lema dibatasi, begitu pula dengan makna dan keterangan-keterangan lain. Jenis kamus ini misalnya Kamus Saku, dan Kamus Pelajar. Dalam kamus saku, kata-kata yang didaftarkan sebagai lema hanyalah kata-kata dasar dari bahasa yang dikamuskan. Kamus pelajar juga merupakan kamus terbatas dan jumlah lema ditentukan oleh tingkat pendidikan di mana kamus itu digunakan.
Kamus pelajar bukan hanya berbentuk ekabahasa, melainkan juga dapat berbentuk dwibahasa, misalnya untuk mempelajari bahasa asing. Dalam bahasa Inggris, terdapat pula kamus bergambar untuk anak TK dan SD. Lemaanya berupa gambat dan disertai dengan nama gambar itu.
1.5 Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya, kamus dapat dibedakan menjadi kamus umum dan kamus khusus. Dalam kamus umum, dimuat kata-kata yang umum digunakan atau yang ada dalam sauté bahasa. Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta adalah sebuah kamus umum. Kata-kata yang agak khas atau spesifik tidak dimuat dalam kamus tersebut.
Kamus khusus adalah kamus kamus yang lemana terbatas mengenai satu bidang ilmu atau bidang kegiatan. Dalam hal ini kekhususan itu dapat dibagi dua, yaitu berkenaan dengan bahasa itu sendiri dan berkenaan dengan bidang kegiatan atau keilmuan. Kamus yang berkaitan dengan bidang kebahasaan mencakup kamus lafal, kamus ejaan, kamus sinonim, kamus antonim, kamus homonim, kamus idiom/ungkapan, kamus kata serapan, dan kamus peribahasa. Lalu, yang berkaitan dengan kegiatan atau keilmuan, misalnya kamus istilah olehraga, pertanian, kimia, perdagangan, keamanan, dan komputer.
Kamus lafal adalah kamus yang berisi lema-lema yang disusun dari a-z disertai dengan petunjuk cara mengucapkan lema-lema tersebut. Dalam bahasa Inggris banyak dijumpai kamus lafal ini. salah satunya adalah English Pronouncing Dictionary (1958) yang disusun oleh Daniel Jones. Selain itu, semua kamus bahasa Inggris yang baik dilegkapi dengan cara mengucapkan lema atau dikenal dengan istilah tulisan fonetik.
Kamus ejaan adalah kamus yang mendaftarkan lema dengan ejaan yang benar sesuai dengan pedoman ejaan serta pemenggalan kata atas suku katanya. Kamus ejaan berfungsi menunjang pemakaian bahasa baku tulis. Kalau misalnya ada sebuah kata yang memiliki variasi ejaan, variasi ejaan itu pun didaftarkan, tetapi dirujuk silang pada kata yang ejaannya baku.
Kamus sinonim adalah kamus yang penjelasan makna lemanya hanya berupa sinonim dari kata-kata tersebut, baik dalam bentuk sebuh kata maupun dalam bentuk gabungan kata. Penjelasan dalam bentuk defini atau keterangan yang panjang lebar tidak ada. Kalau sebuah lema memiliki sinonim lebih dari satu, kata-kata yang bersinonim itu dideretkan dari yang maknanya paling banyak kesamaannya sampai pada yang paling sedikit kesamaannya. Dalam bahasa Indonesia, jenis kamus ini sudah ada, seperti yang disusun oleh Harimurti Kridalaksana (1974) yang berjudul Kamus Sinonim Bahasa Indonesia.
Kamus antonim adalah kamus yang penjelasan lemanya dalam bentuk kata yang merupakan kebalikannya atau kontrasnya.
Kamus homonim adalah kamus yang mendaftarkan bentuk-bentuk berhomonim beserta dengan makna atau penjelasan konsepnya. Bentuk kata yang berhomonim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih. setiap kata didaftarkan sebagai lema tersendiri disertai dengan maknanya. Termasuk dalam homonim ini adalah kata-kata yang hanya homofon atau homograf. Di dalam kepustakaan Indonesia sudah ada kamus homonim, yaitu Kamus Homonim Bahasa Indonesia karya Mohammad Ngafenan (1989).
Kamus ungkapan/idiom memuat satuan-satuan bahasa berupa kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat diprediksi dari unsur-unsur pembentuknya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Sebetulnya ada perbedaan konsep antara ungkapan dan idiom. Ungkapan adalah istilah dalam retorika yang sewaktuwaktu dapat muncul baru menurut keperluan si pembicara, sedangkan idiom adalah istilah dalam semantik untuk bentuk-bentuk yang memiliki makna tunggal (Chaer, 2007:204). Contoh-contoh kamus ini adalah Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia oleh J.S. Badudu (1979), Kamus Idiom Bahasa indonesia oleh Abdul Chaer (1997), dan Kamus Unkapan Bahasa Indonesia oleh Maman S. Mahayani, dkk. (1997).
Kamus singkatan/akronim adalah kamus yang hanya memuat singkatan kata dan akronim yang ada dalam satu bahasa. Setiap lema yang berupa singkatan kata dan akronim hanya dijelaskan dengan kepanjangan. Contoh kamus ini misalnya adalah Kamus Singkatan dan Akronim oleh Soegeng Maulana (1982).
Kamus etimologi adalah kamus yang penjelasan lemanya buka mengenai makna, melainkan mengenai asal-usul kata itu serta perubahan-perubahan bentuknya. Umpanya kata Tapanuli berasal dari kata tapian na uli; kata ohiri (dialek Jakarta) dari kata bahasa Belanda oude heer; kata kalbu dari kata bahasa Arab qalbu; kata dong-krak dari kata bahasa Belanda domme kracht; dan kata kawin dari bahasa Parsi, yaitu kahwin (Chaer, 2007:205). Contoh kamus ini adalah Kamus Etimologi Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka.
Kamus istilah adalah kamus yang hanya memuat kata-kata atau gabungan kata yang menjadi istilah dalam sauté bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contoh kamus in adalah Kamus Linguistik oleh Harimurti Kridalaksana (2001). Penjelasan mengenai lemanya ada yang hanya berupa sinonim dari lema tersebut, ada pula yan berupa uraian singkat atau uraian yang cukup panjang.
Kamus peribahasa adalah kamus yang memuat berbagai jenis peribahasa. Salah satu contoh kamus peribahasa ini adalah Kamus Peribahasa Indonesia oleh Yose Rizal (2003). Kamus ini disusun berdasarkan abjad, tetapi dipilih satu kata sebagai lema untuk menjelaskan peribahasa yang di dalamnya terkandung kata-kata yang berkaitan dengan lema. Peribahasa ini kemudian dijelaskan maksudnya dengan beberapa kemungkinan maksud. Sebagai contoh,
Abai
- Ombak kecil jangan diabaikan
- a. Persoalan atau masalah kecil jangan dianggap enteng (karena dapat menimbulkan bencana)
- b. Persoalan atau masalah kecil jangan disepelekan dan dibiarkan berlarut-larut (harus cepat diselesaikan karena dapat berkembang menjadi besar dan membahayakan).
- c. Persoalan atau masalah kecil jangan diabaikan (karena jika berkembang dapat mencelakakan)
1.6 Kamus Berbentuk Perangkat Lunak dan Kamus Elektronik
Pesatnya perkembangan teknologi ternyata menyebabkan kamus tidak hanya disusun dalam lembaran-lembaran kertas. Kamus juga terdapat dalam bentuk perangkat lunak dan elektronik. Dalam bentuk perangkat lunak, misalnya, terdapat kamus 2.03. Kamus ini adalah kamus Indonesia Inggris dan Inggris Indonesia. Jika ingin mencari arti kata go dalam bahasa Indonesia, kita cukup mengetikkan kata go pada bagian write text here, lalu mengklik find. Kamus tersebut secara otomatis menampilkan arti kata go dalam bahasa Indonesia secara otomatis lengkap dengan kelas kata dan sublemanya. Hal yang sama juga berlaku bila kita ingin mengetahui arti kata pergi dalam bahasa Inggris.
Kamus berbentu perangkat lunak yang lain, misalnya kamus peribahasa versi 1.00. kamus ini dibuat oleh InVirCom.
Peribahasa dalam kamus ini disusun berdasarkan abjad. Abjad ini berfungsi untuk mencari jenis yang diawali oleh huruf A. Jika huruf A diklik, muncullah daftar kata yang diawali oleh huruf A. pada contoh di atas misalnya kata Abu. Kata Abu ini dapat diklik kembali. Sesudah kata ini klik, secara otomatis muncullah peribahasa-peribahasa yang di dalamnya terdapat kata Abu.
Kamus elektronik juga dapat dipakai untuk mencari arti sauté kata. Kamus ini terdapat pada kalkulator-kalkulator merek casio berjenis fx. Akan tetapi, kekurangan kamus ini adalah tidak dimunculkannya sublema dari sebuah lema.
Selain jenis-jenis kamus seperti yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula jenis kamus berdasarkan banyaknya lema (entri) kata, yaitu
- Unabridged Dictionary mencakup 400.00-600.00 entri, contohnya Webster’s Dictionary;
- Semi-Unabridged Dictionary mencakup 350.000-400.00 lema, contohnya Random House Dictionary;
- College dan Concise Dictionaries mencakup 160.000-250.000 lema, contohnya Meriam-Webster’s Collegiate Dictionary (225.000 lema) dan Oxford Concise Dictionary;
- Compact Dictionaryi mencakup 50.000-120.000 lema, contohnya Oxford Compact Dictionary of English (145.000 entri);
- Pocket dan Mini Dictionary mencakup 50.000-120.000 lema, contohna Pocket Oxford English Dictionary (71.000 lema), dan Petit Robert Dictionnaire de la Langue Francaise (59.000 lema)
(Lauder dan Lauder, 2005:224).
2. Ensiklopedi
Di samping kamus, terdapat pula buku referensi lain yang disebut ensiklopedi. Jika kamus berfungsi mendefinisikan atau menerangkan arti kata, ensiklopedi menerangkan sesuatu yang dilambangkan dengan kata sejelas-jelasnya. Arti sebuah kata di dalam kamus bersifat ringkas dan seperlunya saja, sedangkan keterangan tentang sesuatu di dalam ensiklopedi dibuat seluas dan sejelas mungkin.
Namun, dewasa ini seringkali sukar bagi untuk menarik batas yang tegas antara kamus dan ensiklopedi. Tidak jarang buku yang berjudul kamus, tetapi isinya mirip ensiklopedi karena menerangkan tentang sesuatu di damping menerangkan kata. Sebaliknya, tidak jarang juga kata ensiklopedi digunakan untuk judul buku yang isinya tidak lain adalah kamus bidang disiplin tertentu.
Sekarang ini banyak kamus asing yang sifatnya seperti ensiklopedi, yakni selain memberikan keterangan makna kata, juga memuat keterangan tentang sesuatu. Kamus seperti ini biasa disebut kamus ensiklopedi (Chaer, 2007:205). Contoh jenis kamus ini adalah The American Heritage.
Haeman (dalam Chaer, 2007:182) menyebutkan bahwa perbedaan teoretis antara kamus dan ensiklopedi merupakan perbedaan fungsi. Perbedaan teoretis ini pula menyebabkan pula munculnya perbedaan dalam menjelaskannya.
2.1 Jenis-Jenis Ensiklopedi
Layaknya kamus, ensiklopedi juga dapat dikelompokkan. Secara umum, ensiklopedi terdiri atas ensiklopedi umum dan ensiklopedi khusus. Ensiklopedi umum berisi berbagai informasi dari berbagai disiplin ilmu dan segmen-segmen budaya, misalnya Ensiklopedi Nasional Indonesia oleh PT Delta Pamungkas 2004, sedangkan ensiklopedi khusus hanya memuat satu bidang keilmuan ata kegiatan, misalnya Ensiklopedi Etika Islam oleh Abdul Aziz bin Fathi as-Syaid Nada (2006).
2.2 Struktur Ensiklopedi
Struktur ensiklopedi ternyata sangat bervariasi. Sebut saja Ensiklopedi Nasional Indonesia oleh PT Delta Pamungkas 2004, misalnya. Ensiklopedi ini terdiri atas 18 volume dan dalam setiap volume entri disusun berdasarkan abjad. Pada setiap setiap lembaran, di bagian pojok kiri atas dalam sebuah volume, ditulis sebuah kata. Kata ini bertujuan untuk memepermuadah pembaca mencari hal yang diinginkan oleh pembaca, misalnya jika ingin mencari entri Bondowoso, kita pertama sekali mencari abjad B. Lalu, kita melihat kata petunjuk atas sebelah kiri yang diawali oleh kata Bon… Akhirnya, kata Bondowoso pun di didapat. Ensiklopedi ini selain disusun secara abjad juga disusun pula menurut kata, misalnya:
Al-Rasyid Harun
Al-Razi
Alzuhd
Kemudian, baru muncul entri
Alabama
Alabio
Aladin
Alahan Panjang
dst.
Berdasarkan substansinya, kamus ini disusun menjadi lima kelompok, yaitu:
(i) kelompok ilmu alam dan matematik;
(ii) kelompok ilmu-ilmu hayati;
(iii) kelompok ilmu-ilmu sosial;
(iv) kelompok humaniora;
(v) lain-lain
Ensiklopedi ini juga memuat peta, denah, dan data ringkas sebuah negara pada entri geografi. Selain itu, terdapat pula gambar-gambar untuk menjelaskan sesuatu.
Terdapat pula ensiklopedi lain dengan struktur yang berbeda dengan ENI, yaitu Encyclopedi of National Economics (2002). Dalam ensiklopedi ini dibahas masalah ekonomi setiap negara dalam satu benua. Artinya, setiap volume membahasa satu benua yang di dalamnya terdiri atas banyak negara. Ensiklopedi ini juga disusun berdasarkan abjad, tetapi tidak memuat satu kata tertentu di setiap pojok kiri atas layaknya Ensiklopedi Nasional Indonesia.
Selain struktur ensiklopedi seperti yang telah disebut di atas, ada juga ensiklopedi yang menjelaskan bermacam tema dari satu disiplin ilmu. Tema tersebut dijelaskan secara panjang lebar. Karena menjelaskan sebuah tema, ensiklopedi ini disebut ensiklopesi tematis. Ensiklopedi ini tidak berentri layaknya dua ensiklopedi seperti yang telah disebutkan di atas. Contoh ensiklopedi ini adalah Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam oleh Sayed Husen Naser dan Oliver Leaman (2003), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam oleh PT Ikhtiar Baru Vanhoeve (2002).
Ada juga ensiklopedi yang entrinya disusun berdasarkan abjad arab, alif, ba, ta, tsa, dst. Contoh ensiklopedi ini adalah Ensiklopedi Nama Cantik untuk Buah Hati oleh Muhammad Abdurrahman (2007).
3. Buku
Betapa pentingnya peranan sebuah buku dalam kehidupan sekarang. Di dalamnya termuat begitu banyak ilmu yang dapat diketahui oleh manusia sehingga tidaklah berlebihan rasanya ketika ada sebagian orang mengatakan buku adalah gudang ilmu. Dalam penyampaian informasi kepada orang lain, buku ditulis dengan berbagai struktur. Hal ini bertujuan mempermudah pembaca memahami buku yang sedang dibacanya.
Hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah struktur sebuah buku? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ini akan dijelaskan struktur beberapa buku.
Linguistik Umum oleh Abdul Chaer (2003), buku ini memiliki data publikasi, kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka dan diakhir buku terdapat bibliografi.
Morfologi oleh Jos Daniel Parera (2008), buku ini berisi data publikasi, daftar isi, wacana pembuka, daftar pustaka, indeks, biografi singkat.
Content Area Reading oleh Mary M. Dupuis and Eunice N. Askov (1982) berisi data publikasi, daftar isi, kata pengantar (preface), ucapan terima kasih (acknowledgment), Pendahuluan (preview), referensi pada setiap bab, lampiran (appendixs), indeks.
Quantum Learning oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernaki (diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman) (2004). Buku ini memiliki data publikasi, pujian untuk Quantum Learning, tentang penulis, pengantar penerbit, ucapan terima kasih, pengantar penullis, daftar isi, di setiap pergantian halaman pada pembahasan, yaitu hlm. 3, 5, 7, 9,11, 13, 15, dst. kelipatan satu, terdapat gambar atau kata-kata mutiara, di akhir buku didaftarkan buku-buku yang dianjurkan untuk dibaca, perizinan, indeks. Gaya penulisan buku seperti ini juga diikuti oleh Hernowo dalam bukunya Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza (2003), Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Membuat Buku (2005), Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual (2005).
Quantum Teaching oleh Bobbi DePorter, dkk. (diterjemahkan oleh Ary Nilandary, berisi data publikasi, ucapan terima kasih, tentang penulis, daftar isi, pengentar penerbit, di sisi kanan setiap halaman dicantumkan kata-kata mutiara yang disertai oleh gambar-gambar, di akhir buku ditulis daftar kepustakaan, buku yang dianjurkan untuk dibaca, indeks.
3. Jurnal
Jurnal adalah terbitan atau majalah berkala yang khusus bagi sauté masalah, profesi, atau bidang tertentu. Dalam jurnal, terdapat artikel-artikel (biasanya hasil penelitian). Artikel-artikel yang dimuat dalam jurnal mengikuti gaya selingkung yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola jurnal yang bersangkutan. Gaya selingkung ini pula yang menjadi penciri kepribadian dan jati diri sebuah jurnal.
Telah disebutkan di atas bahwa setiap jurnal memiliki gaya selingkung sendiri. Gyaa selingkung ini lebih berorientasi pada konvensi aturan penulisan artikel yang bersifat teknis. Beberapa hal yang terkait dengan gaya selingkung dalam wadah terbitan jurnal adalah sistematika penulisan, cara merujuk, cara menulis daftar rujukan, penulisan/penyajian tabel, penulisan/penyajian gambar, dan penulisan identitas penulis.
Daftar Bacaan
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. “Leksikon” Dalam Kushartanti, dkk. (Peny.), Pesona Bahasa:Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Lauder, F. Allan dan Lauder, Multamia RMT. “Berbagai Kajian Linguistik” Dalam Kushartanti, dkk. (Peny.), Pesona Bahasa:Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
etss.......koq gx lngkap chih pdahal w gy nyari idiom dan maknanya dari A mpe Z
ReplyDeletetolong dnk... wat tugaz sklah d sruh nyari d internet
OTHE...
bsk ksh tw yach...
makasih banyak mas safriandi,,,skripsi jadi g kekurangan bahan lagi :)
ReplyDeletesama-sama :)
ReplyDelete