Sebagian orang Aceh
sering mengucapkan kalimat seperti ini kala angin kencang, Hari ini angin sangat kuat. Tak hanya masyarakat dengan tingkat
pendidikan rendah, kaum terpelajar yang telah mumpuni dalam bidang
keilmuan pun terkadang latah mengucapkan kalimat tersebut walau sebenarnya ia tahu bahwa ada yang salah dengan kalimat itu.
keilmuan pun terkadang latah mengucapkan kalimat tersebut walau sebenarnya ia tahu bahwa ada yang salah dengan kalimat itu.
Kesalahan kalimat itu
terletak pada adanya pencampuran dua kaidah bahasa yang berbeda, yaitu bahasa
Aceh dengan bahasa Indonesia. Dalam praktik pemakaian bahasa Indonesia,
sebagian orang Aceh yang berbicara bahasa Indonesia dan telah lebih dulu
menguasai bahasa Aceh sebagai bahasa pertamanya, sering menerjemahkan secara
utuh kosakata bahasa Aceh ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, dalam bahasa
Indonesia penerjemahan secara utuh kosakata bahasa Aceh ke dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dilakukan. Artinya, harus dicari kata dalam bahasa
Indonesia yang berpadanan dengan kata dalam bahasa Aceh.
Sebagai contoh adalah
kata kuat pada kalimat hari ini angin sangat kuat. Tak
diragukan lagi, kata kuat merupakan
terjemahan dari bahasa Aceh, yaitu teuga dalam
kalimat uroe nyoe angèn that teuga. Kata
ini sebenarnya tidak tepat diterjemahkan dengan kuat dalam bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia
memiliki kosakata yang lebih tepat mendampingi sifat angin itu, yaitu kencang. Jadi, yang lebih tepat
sebenarnya adalah Hari ini angin sangat kencang.
Pemakaian kata kuat dalam bahasa Indonesia yang
diterjemahkan langsung dari bahasa Aceh seperti yang dikemukakan di atas juga
terdapat dalam kalimat Kuat sekali hujan,
makanya saya ndak bisa pulang. Dalam bahasa Aceh kalimat itu adalah Teuga that ujeun, makajih lôn h’an jeut lôn
wo.
Tak hanya itu, ada banyak
kata lain seperti yang dijelaskan pada contoh di atas. Kasus seperti yang
disebutkan di atas terjadi karena bahasa Aceh sebagai bahasa pertama yang
dikuasainya telah menurani dalam dirinya sehingga sangat sulit menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia yang sebenarnya, tanpa harus
mencampuradukkan kaidah bahasa Aceh ke dalam bahasa Indonesia.[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!