2015-09-14

Bahasa Aceh dari Mana?



Berbicara tentang asal mula bahasa Aceh, tentu saja berhubungan dengan genetis bahasa dan latar belakang historis bahasa itu. 

Genetis bahasa berkaitan dengan asal suatu bahasa atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua, sedangkan historis bahasa berhubungan dengan sejarah bahasa itu yang dibawa oleh penggunanya ke daerah lain. 

Genetis bahasa melahirkan istilah klasifikasi genetis, yaitu pengklasifikasian bahasa berdasarkan garis-garis keturunan bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Klasifikasi jenis ini dalam ilmu bahasa termasuk ke dalam kajian linguistik historis komparatif.
Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa pro (bahasa tua, bahasa semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan menurunkan pula bahasa- bahasa lain. Kemudian bahasa-bahasa lain itu akan menurunkan lagi bahasa-bahasa pecahan berikutnya.

Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa- bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau bahasa proto yang sama.

Merujuk pada teori klasifikasi tersebut, muncullah simpulan bahwa bahasa Aceh mestilah berasal dari bahasa lain yang lebih tua. Hasil penelitian selanjutnya memperlihatkan bahwa bahasa Aceh diduga berasal dari bahasa-bahasa Campa yang sampai sekarang masih digunakan di Vietnam, Kamboja, dan Hainan di Cina. Teguh Susanto, dalam tulisannya “Asal-Usul Bahasa Aceh” menjelaskan bahwa ada dugaan, dulu terjadi proses migrasi penduduk dari kerajaan Campa yang akhirnya mereka sampai di semenanjung Sumatera, yaitu di Aceh saat ini.

Dugaan senada juga dikemukakan oleh Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia menyebutkan bahwa bahasa Aceh bermula dari datangnya seorang pangeran dari Campa, yaitu Šah Pu Liaŋ (liŋ). Ia diusir dari ibu kotanya oleh bangsa Vietnam, lalu mencari perlindungan di Aceh dan membentuk bangsa baru. Tentu saja pembentukan bangsa baru ini sangat berpengaruh terhadap pemakaian bahasa Aceh sebagai alat komunikasi mereka. 

Dugaan yang paling kuat memang bahasa-bahasa Aceh berasal dari bahasa-bahasa Campa. Ini berdasarkan perbandingan bunyi antara bahasa Aceh dan bahasa Campa tersebut.

Berkaitan dengan adanya kesamaan bunyi antara bahasa Aceh dan bahasa Campa, saya dapat mengemukakan beberapa contoh berikut. Kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘cagee’, dalam bahasa Campa ada kata ‘cagau’ yang artinya ‘beruang’, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘cicem’, dalam bahasa Campa ada kata ‘cim, ciin’ yang artinya burung, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘glee’, dalam bahasa Campa ada kata ‘glai’ yang artinya ‘hutan’, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘hu’ dalam bahasa Campa juga ada kata ‘hu’ yang sama-sama artinya nyala, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘bèe khing’, dalam bahasa Campa juga ada kata ‘kheng’ yang artinya bau tidak sedap, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘piyôh’ dalam bahasa Campa juga ada kata piyôh yang artinya ‘singgah’, kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘klep mata’, dalam bahasa Campa juga ada ‘klek mota’ yang berarti kedip mata’ kalau dalam bahasa Aceh ada kata ‘rimung’ dalam bahasa Campa ada kata ‘rimong’ yang artinya harimau. 

Meski ada kesamaan bunyi antara bahasa Aceh dan bahasa Campa tersebut, ada pula pihak yang menduga bahwa bahasa Aceh bukan hanya dari bahasa Campa, melainkan juga dari sejumlah bahasa nusantara dan bahasa internasional seperti bahasa Inggris. Namun, untuk membuktikan hal ini, tentu saja diperlukan penelitian lanjutan agar misteri asal mula bahasa Aceh terungkap dengan jelas. [] 

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!