Dalam kehidupan sehari-hari,
orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu atau sulit memahami
sesuatu dengan cepat disebut bangai dalam
bahasa Aceh. Dalam pandangan orang Aceh, bangai
banyak ragamnya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa kemampuan seseorang dalam
memahami sesuatu atau pengetahuan seseorang terhadap sesuatu amatlah berbeda. Jadi,
jika seseorang diketahui sebagai orang yang bodoh, sangat bodoh, atau amat
sangat bodoh sekali, orang Aceh tidak puas hanya dengan menyebut bangai saja.
Bagi orang Aceh, orang yang “agak”
lama memahami sesuatu dengan cepat disebut sebagai orang yang bangai trôk u gu. Bangai jenis ini dapat
dikatakan sebagai bangai yang tidak
terlalu parah. Hal ini karena si bangai masih
dapat memahami sesuatu walau membutuhkan waktu yang “agak” lama.
Karena bangai trôk u gu merupakan bangai
yang tidak terlalu parah, ada jenis bangai
lain yang lebih parah, yaitu bangai trôk
u pucôk. Jenis bangai yang kedua
ini setingkat lebih tinggi daripada jenis bangai sebelumnya. Artinya, jika seseorang
disebut bangai trôk u pucôk, orang
itu lebih bangai daripada si
bangai trôk u gu. Dikatakan demikian
karena pucôk lebih tinggi daripada gu dan dibutuhkan tenaga ekstra untuk
mendapatkan si pucôk. Analoginya,
orang yang bangai trôk u gu hanya
membutuhkan waktu yang “agak” lama untuk memahami sesuatu, sedangkan orang yang
bangai trôk u pucôk membutuhkan waktu
yang “agak lebih” lama memahami sesuatu.
Namun demikian, bangai trôk u pucôk bukanlah akhir dari
tingkatan parahnya bangai seseorang.
Masih ada jenis bangai yang lebih
parah daripada bangai trôk u pucôk.
Sebagian orang Aceh menyebut bangai
ini dengan nama bangai ‘alaihissalam.
Menurut penuturan masyarakat, bangai
jenis ini merupakan bangai yang
menempati posisi paling puncak. Tidak ada lagi jenis bangai setelah bangai
ini. Orang dengan jenis bangai ini
disebut sebagai orang yang paling bangai.
Jenis bangai ini tidak ada
tandingannya. Bangai-nya laksana bangai kloe priet. Jika sesuatu
disampaikan pada orang yang memiliki jenis bangai
ini, ia membutuhkan waktu yang “teramat, tersangat, terpaling” lama untuk
memahaminya.[]
foto: eviandrianimosy.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!