Makin hari makin aneh dan tidak masuk akal saja bahasa Indonesia yang
digunakan oleh penuturnya. Dalam sebuah pidato resmi, seorang pejabat berkata,
“Kita harus berbesar hati menghadapi
musibah ini.”
Benarkah dalam menghadapi musibah kita harus berbesar hati? Dari
pernyataan pejabat besar itu saya menangkap maksudnya, si pejabat menginginkan
para peserta yang hadir dalam pertemuan resmi itu menerima dengan lapang dada
musibah yang mereka alami. Bila dugaan saya ini benar, berarti si pejabat
tersebut telah salah menempatkan kata berbesar
hati.
Apa sebenarnya makna berbesar hati?
Jika kita melihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata yang disebut idiom ini sebenarnya bermakna ‘sombong’. Makna lainnya adalah ‘girang hati, bangga, gembira’.
Berdasarkan makna ini, jika pejabat yang disebutkan di atas meminta
peserta yang hadir dalam acara resmi itu untuk berbesar hati menghadapi musibah, dia sesungguhnya mengajak mereka
untuk bergembira, bangga, atau girang hati menghadapi musibah. Lho, bukankah jika terkena musibah kita
justru harus bersedih hati, berbesar jiwa, bukannya berbesar hati? Namun, itulah fakta
sesungguhnya yang dewasa ini dipakai oleh hampir setiap orang, padahal bentuk
itu salah kaprah.
Maka, jika Anda terkena musibah, jangan berbesar hati alias bergembira,
tetapi bersedih hatilah meski
sebenarnya tawakal jauh lebih baik.[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!