Dalam bahasa Indonesia,
cukup banyak makna jatuh, bisa dalam
bentuk ketika kata itu dipakai tanpa disandingkan dengan kata lain
ataupun bila
disandingkan dengan kata lain dalam bentuk idiom dan kata majemuk. Sebut saja
misalnya jatuh bangun yang bermakna sebentar
rebah, sebentar bangun, jatuh cinta,
jatuh hati ‘menaruh cinta kepada’, jatuh semangat ‘hilang
keberanian’, jatuh tempo ‘batas waktu
pembayaran atau penerimaan sesuatu dengan telah ditetapkan’. Masih banyak jenis
jatuh lainnya yang bermakna berbeda.
Yang ingin saya kemukakan
di sini adalah meskipun ada banyak makna jatuh
dalam bahasa Indonesia, bahasa kelas Melayu Polinesia ini tetap menggunakan
kata jatuh, tidak ada kata lain untuk
menggantikan jatuh.
Lain halnya dengan bahasa
Aceh. Bahasa yang masih sekelas dengan bahasa Indonesia ini memiliki kata yang
berbeda untuk mengungkapkan jatuh. Jatuh cinta tidak diungkapkan dengan ret cinta, tetapi galak, hal yang sama juga berlaku untuk jatuh hati. Lalu, bagaimana dengan jatuh semangat? Bahasa Aceh menyebut idiom itu dengan istilah ret seumangat. Lain lagi dengan jatuh tempo. Idiom ini dalam bahasa Aceh
disebut habéh watèe, bukan ret tempo.
Dari beberapa contoh di
atas, dapat dikatakan bahwa bahasa Aceh mengungkapkan jatuh, seperti dalam bahasa Indonesia, menggunakan kosakata yang
berbeda, tidak melulu ret yang secara
leksikal sebenarnya memang bermakna jatuh.
Selain ret, ada pula reubah. Dua kata ini berbeda makna sehingga berbeda pula tempat
pemakaiannya dalam kalimat. Ret dalam
bahasa Aceh dapat diartikan ‘jatuh dari suatu ketinggian’, misalnya Aneuk miet nyan ka ret dari bak kayèe, sedangkah
reubah berarti ‘tersungkurnya
seseorang dari posisi normal, misalnya Bak
jidӧng-dӧng, jih reubah. Untuk kalimat Aneuk
miet nyan ka ret dari bak kayèe, tidak dapat diubah menjadi Aneuk miet nyan ka reubah dari bak kayèe.
Begitu pula kalimat Bak jidӧng-dӧng, jih
reubah tidak dapat digantikan menjadi Bak
jidӧng-dӧng, jih ret. Namun, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,
kata jatuh dapat digunakan untuk
kedua kalimat itu, Anak kecil itu
terjatuh dari pohon; Dia terjatuh saat sedang berdiri.
Lantas, bagaimana dengan terjatuh dari sepeda? Untuk kasus ini,
bahasa Aceh mengungkapkan dengan cara berbeda, yaitu ret dari gari dan reubah gari.
Adanya penggunaan dua kata yang berbeda karena memang konteks terjadinya
berbeda. Ret dari gari dipakai bila
yang terjatuh itu posisinya bukan pengayuh sepeda, melainkan orang yang di
belakang si pengayuh. Namun, bila posisi sebagai si pengayuh, dipakailah kata reubah gari. Begitu pula untuk reubah honda.
Lalu, bagaimana dengan mobil atau moto dalam bahasa Aceh. MasihkaH dipakai kata ret atau reubah. Tentu
saja tidak. Untuk kendaraan beroda tiga atau lebih, digunakanlah kata teubalék atau terbalik dalam bahasa Indonesia.
Dari uraian di atas, yang
ingin saya katakan melalui tulisan ini adalah bahwa bahasa Indonesia
menggunakan kata jatuh untuk berbagai
hal. Namun, kata ini tidak selamanya dapat diterjemahkan dengan ret dalam bahasa Aceh. Adakalanya, ret digantikan oleh reubah meski bermakna ‘jatuh’ kala diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia.[]
No comments:
Post a Comment
Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!