2015-12-21

Bahasa Aceh, antara Ret dan Reubah

Dalam bahasa Indonesia, cukup banyak makna jatuh, bisa dalam bentuk ketika kata itu dipakai tanpa disandingkan dengan kata lain
ataupun bila disandingkan dengan kata lain dalam bentuk idiom dan kata majemuk. Sebut saja misalnya jatuh bangun yang bermakna sebentar rebah, sebentar bangun, jatuh cinta, jatuh hati ‘menaruh cinta kepada’, jatuh semangat hilang keberanian’,  jatuh tempo batas waktu pembayaran atau penerimaan sesuatu dengan telah ditetapkan’. Masih banyak jenis jatuh lainnya yang bermakna berbeda.

Yang ingin saya kemukakan di sini adalah meskipun ada banyak makna jatuh dalam bahasa Indonesia, bahasa kelas Melayu Polinesia ini tetap menggunakan kata jatuh, tidak ada kata lain untuk menggantikan jatuh.

Lain halnya dengan bahasa Aceh. Bahasa yang masih sekelas dengan bahasa Indonesia ini memiliki kata yang berbeda untuk mengungkapkan jatuh. Jatuh cinta tidak diungkapkan dengan ret cinta, tetapi galak, hal yang sama juga berlaku untuk jatuh hati. Lalu, bagaimana dengan jatuh semangat? Bahasa Aceh menyebut idiom itu dengan istilah ret seumangat. Lain lagi dengan jatuh tempo. Idiom ini dalam bahasa Aceh disebut habéh watèe, bukan ret tempo.

Dari beberapa contoh di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa Aceh mengungkapkan jatuh, seperti dalam bahasa Indonesia, menggunakan kosakata yang berbeda, tidak melulu ret yang secara leksikal sebenarnya memang bermakna jatuh.

Selain ret, ada pula reubah. Dua kata ini berbeda makna sehingga berbeda pula tempat pemakaiannya dalam kalimat. Ret dalam bahasa Aceh dapat diartikan ‘jatuh dari suatu ketinggian’, misalnya Aneuk miet nyan ka ret dari bak kayèe, sedangkah reubah berarti ‘tersungkurnya seseorang dari posisi normal, misalnya Bak jidӧng-dӧng, jih reubah. Untuk kalimat Aneuk miet nyan ka ret dari bak kayèe, tidak dapat diubah menjadi Aneuk miet nyan ka reubah dari bak kayèe. Begitu pula kalimat Bak jidӧng-dӧng, jih reubah tidak dapat digantikan menjadi Bak jidӧng-dӧng, jih ret. Namun, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata jatuh dapat digunakan untuk kedua kalimat itu, Anak kecil itu terjatuh dari pohon; Dia terjatuh saat sedang berdiri.

Lantas, bagaimana dengan terjatuh dari sepeda? Untuk kasus ini, bahasa Aceh mengungkapkan dengan cara berbeda, yaitu ret dari gari dan reubah gari. Adanya penggunaan dua kata yang berbeda karena memang konteks terjadinya berbeda. Ret dari gari dipakai bila yang terjatuh itu posisinya bukan pengayuh sepeda, melainkan orang yang di belakang si pengayuh. Namun, bila posisi sebagai si pengayuh, dipakailah kata reubah gari. Begitu pula untuk reubah honda. 

Lalu, bagaimana dengan mobil atau moto dalam bahasa Aceh. MasihkaH dipakai kata ret atau reubah. Tentu saja tidak. Untuk kendaraan beroda tiga atau lebih, digunakanlah kata teubalék atau terbalik dalam bahasa Indonesia.

Dari uraian di atas, yang ingin saya katakan melalui tulisan ini adalah bahwa bahasa Indonesia menggunakan kata jatuh untuk berbagai hal. Namun, kata ini tidak selamanya dapat diterjemahkan dengan ret dalam bahasa Aceh. Adakalanya, ret digantikan oleh reubah meski bermakna ‘jatuh’ kala diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.[]

No comments:

Post a Comment

Komentarilah dengan Bijak dan Rekonstuktif. Terima Kasih atas Komentar Anda!