Waréh

Tabloid The Atjeh Times, 3-9 Agustus 2012

oleh Safriandi

Kekekerabatan bermakna hal-hal yang bertalian dengan hubungan keluarga atau keturunan. Dalam bahasa Aceh ada banyak hal yang berkaitan dengan istilah kekerabatan. Sebagian istilah kekerabatan itu justru hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat karena telah digantikan oleh istilah kekerabatan serapan dari bahasa Indonesia.

 Kekerabatan itu sendiri dalam bahasa Aceh disebut waréh, kawôm, atau syédara. Ada banyak istilah yang berkaitan dengan waréh, kawôm, atau syédara. Istilah yang dimaksud, wali karông. Istilah ini mengacu kepada kerabat dekat. Selanjutnya, ada pula istilah mak ‘ibu’, yah/ayah, ‘ayah’, –wa ‘yang tua’, dan -cut ‘yang muda’.

 Kata mak dalam bahasa Aceh merupakan kata yang sangat produktif penggunaannya. Dikatakan demikian karena ada berbagai macam mak jika dipadukan dengan kata lain, di antaranya  mak teungöh, mak ha, mak nyak, mak mo/mak ui, mak tuan, mak tèk, mak boh teuk (mak saboh teuk),dan mak ti.

 Layaknya mak, yah/ayah juga merupakan kata yang sangat produktif karena selain dapat berdiri sendiri, juga dapat dipadukan dengan kata lain. Hasil paduan dengan kata lain menghasilkan kata kekerabatan, seperti yahwa, yahlet, yahcek, dan yahcut.

 Penggunaan kata –wa dapat dilihat pada kata mak wa atau ayahwa. Kadang-kadang penggunaan mak wa atau ayah wa disingkat menjadi –wa saja, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Kata ini selain digunakan untuk abang atau kakak pihak ayah, ibu, kakek atau nenek yang memiliki hubungan kekerabatan, juga digunakan untuk orang yang lebih tua dan tidak diketahui namanya.

 Selain itu, ada pula istilah –cut. Sebagaimana kata –wa, kata ini kadang-kadang digunakan beserta dengan kata lain, yaitu ayah cut ‘adik laki-laki ayah atau ibu’, ma cut ‘adik perempuan ayah atau ibu’, cut wa ‘kakak ayah atau ibu’, cut bang, cut lém ‘abang’, cut da, cut po ‘kakak’, cut téh ‘salah seorang adik kakak tertua, cut ngoh ‘salah seorang di antara adik kakak tertua’[]